Editor : Totok Waluyo | Reportase : Roci Marciano
Sidoarjo, Porosinformatif – Dunia seni teater sedang mengalami kegalauan menghadapi masa depan seni teater itu sendiri. Krisisnya penulis naskah drama panggung sekarang ini menjadi fenomenal bagi para pelaku teater di Indonesia.
Bagaimana tidak, hampir lebih dari setahun, dunia dilanda wabah Covid-19 yang mengharuskan segala seni pertunjukan tidak bisa ditampilkan secara nyata. Hingga berujung pada mati surinya nasib para pelaku teater di Indonesia.
Inilah yang mendasari, para pelaku teater menggelar diskusi teater pada hari Minggu (7/2) dan diikuti oleh para Seniman Nusantara sebanyak 240 orang.
Dirjen Kemendikbud RI, Hilmar Farid yang menjadi salah satu narasumber dalam acara diskusi menyatakan, dirinya sangat menaruh harapan kepada Pelaku Teater Indonesia (PTI) agar menemukan solusi untuk mengatasi fenomena yang terjadi dalam dunia teater yaitu krisis penulis naskah drama.
“Sinergitas antara Kemendikbud dan penyintas seni harus terus ditingkatkan. Mengingat teman-teman yang bertugas di Kemendikbud banyak juga yang belum paham tentang kesenian,” tandasnya.
Senada dengan Hilmar, Yudi Wahyudin selaku Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan di bidang komunitas-komunitas juga menyampaikan, Kemendikbud selaku lembaga pemerintah dengan senang hati menjadi fasilitator.
“Kedepan saya minta PTI segera melembagakan organisasi secara hukum,” pintanya.
Sehingga program-program daripada organisasi PTI bisa diwadahi dan diatensi oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbud.
Diskusi menarik tersaji saat para peserta menyampaikan sumbangsih pemikirannya seperti Luwi asal Yogyakarta, dirinya menegaskan, sesungguhnya penulis tidak krisis, persoalan pendataanlah yang kurang, sehingga naskah-naskah yang selalu ikut dalam perlombaan, tidak diarsipkan dengan baik.
“Apabila naskah ini diarsipkan dengan baik, saya yakin akan banyak yang semangat lagi untuk menulis naskah,” katanya.
Lain halnya dengan apa yang dipaparkan Kus, dengan meningkatkan kelompok dalam teater harapannya naskah-naskah drama akan kembali bermunculan, hal ini sama seperti kelompok teater era 80-90an yang melahirkan naskah-naskah bagus saat itu.
Willem seorang seniman senior juga urun rembug, bahwa daya kritis adalah salah satu penyebab lahirnya krisis.
“Begitu banyaknya kompleksitas yang menyebabkan krisisnya penulis naskah, namun tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan,” pungkasnya.(*)