Bagian Dari Spiritual, Performance Jek Nebenne Mencoba Angkat Karakter Ketiga Tokohnya

Editor : Totok Waluyo | Reportase : Roci Marciano

Sidoarjo, Porosinformatif – Jek Nebenne (jangan macam-macam_red) sebuah pertunjukan yang digelar secara daring dan luring dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir Pascasarjana ISI Surakarta pada hari Sabtu (20/2) di Rumah Kos Pinggir Sawah Jl. KH. Munif, Genangkah, Burneh, Bangkalan.

Dalam karyanya kali ini, Hoirul Hafifi mencoba mengangkat karakter ketiga tokohnya yakni tukang pijat, penambang batu bata dan buruh tani.

“Trauma identitas yang sering menjadi masalah dari perjalanan hidup seseorang inilah yang mendasari saya menuangkannya dalam sebuah karya,” ujar Hoirul saat mempresentasikan karya selepas gladi bersih, Senin (15/2).

Menurutnya, trauma keluarga yang tumbuh dan dibesarkan dengan cara-cara tidak semestinya (melihat kekerasan dalam keluarganya), seringkali menjadi pertanyaan besar untuk diperiksa dan dilacak kembali lewat satu pengalaman riset terhadap orang lain.

“Realitas ini saya pantulkan melalui cara bertahan hidup dalam ketiga tokoh ini. Yang mana selama tiga puluh tahun, ketiga tokoh ibu ini mengalami penggeseran fungsi dari feminin menjadi maskulin,” terangnya.

Penggeseran fungsi yang terjadi, tatkala para suami hanya bermalas-malasan, berjudi, sabung ayam, main perempuan, membajing, dan bergaul dengan blater (jawara lokal).

“Namun bagi mereka (ketiga tokoh) justru dijadikan sebagai bagian cinta sepenuhnya terhadap sang suami dan spiritualitas hidupnya,” paparnya.

Disinggung terkait tema yang diambil, Hoirul Hafifi mengatakan, dirinya lebih memilih rekonstruksi dari peristiwa tindakan performer sebelumnya yang kabur meninggalkan proses penciptaan, termasuk performer yang dicintai Sutradara.

Performance Lecture Jek Nebenne ini merupakan sebuah penciptaan yang
menggunakan dramaturgi kuliah dengan mendudukan kuliah sebagai subjeknya dan performance sebagai objeknya, sehingga kerja presentasi lebih dominan layaknya
keterhubungan presentasi, representasi dan interpretasi di bangku kuliah dengan memadukan kerja pemanggungan, media digital (desain grafis, video) dan pameran (foto-foto, objek-objek, atau arsip-arsip).

“Untuk lebih jelas, saksikan pertunjukannya pada hari Sabtu nanti ya,” pungkas Hoirul Hafifi.(*)