Editor : Totok Waluyo
Denpasar, Porosinformatif – Bali yang sudah dikenal sebagai Pulau Pariwisata, kini akan ditargetkan menjadi Pulau Eco-Enzyme pertama di dunia.
Apa itu Eco-Enzyme?
Eco-Enzyme adalah cairan hasil fermentasi limbah organik yang berguna mengurai bahan-bahan kimia dalam tanah, tetapi juga membuat tanah menjadi subur.
Koordinator Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali Jokoryanto mengatakan, selain daripada itu, Eco-Enzyme ini juga bisa menetralisir air lindi yang dihasilkan sampah.
“Bahkan dia bisa mengurai banyak polutan udara,” katanya saat membuka kegiatan ujicoba aplikasi penyiraman eco-enzyme pada tumpukan sampah di kawasan Tempat pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar pada Minggu (21/2) lalu.
Gerakan ujicoba aplikasi penyiraman eco-enzyme dilaksanakan Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali bekerjasama dengan Magister Sains Pertanian-Pascasarjana, Universitas Warmadewa dan Pemerintah Provinsi Bali.
Ditambahkan lebih lanjut, gerakan ujicoba aplikasi penyiraman eco-enzyme di TPA Suwung merupakan langkah awal upaya menjadikan Bali sebagai Pulau Eco-Enzyme.
Jokoryanto mengungkapkan, langkah pengaplikasian eco-enzyme di TPA Suwung juga diharapkan dapat membantu mempercepat proses dekomposisi.
“Sehingga volume sampah dapat dikurangi. Mengingat sampah yang dihasilkan di Denpasar 70% adalah organik,” imbuhnya.
Ia berharap penggunaan eco-enzyme juga dapat dilakukan mulai dari rumah tangga, sehingga sampah yang dibuang ke TPA jumlahnya berkurang.
“Jadi kalau seandainya semua rumah tangga bisa membuat dan tidak membuang sampah organik ke TPA itu bisa menekan gas metan,” ujarnya.
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DKLH Provinsi Bali Ni Made Armadi, S.P., M.Si menyatakan, upaya penyiraman eco-enzyme adalah langkah awal yang luar biasa, karena akan sangat membantu para pekerja di TPA.
Selama ini para pekerja di TPA harus menghadapi bau yang tidak sedap, panas serta paparan gas metan.
“Yang tidak kalah pentingnya itu adalah gas metan, ini yang paling membahayakan kesehatan. Itu bisa menghasilkan ledakan yang luar biasa, bisa mencemari udara dan menimbulkan emisi gas rumah kaca,” terang Ni Made Armadi.
Armadi berharap langkah awal yang dilakukan di Bali ini akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia.
“Namun langkah awal yang dilakukan di Bali ini semestinya dilakukan secara berkelanjutan,” harapnya.
Sementara di tempat yang berbeda, Ketua Prodi Magister Sains Pertanian Universitas Warmadewa Dr. Ir. I Dewa Nyoman Sudita, M.P saat dimintai keterangan menyampaikan, sebagai lembaga pendidikan tinggi, seluruh jajaran civitas akademika Universitas Warmadewa harus dapat mengiplementasikan Tri dharma perguruan tinggi.
“Apalagi pola ilmiah pokok Universitas Warmadewa adalah ekowisata,” paparnya.
Oleh karena itu melalui kerjasama kegiatan ini sekaligus melakukan kajian akademis, menjadi penting untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan eco-enzyme.
“Pembuangan sampah dengan tumpukan sampah akan menghasilkan air lindi, kemudian sebelum dan sesudah pemberian eco-enzyme kita ukur dan memberikan kajian akademis. Dampak sampah ini mempengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan manusia,” bebernya.
Hasil kajian akademis akan diharapkan menjadi dasar sekaligus rekomendasi dalam pengelolaan sampah dengan eco-enzyme kedepannya, baik terhadap perbaikan kualitas lingkungan TPA dan mengurangi dampak bau busuk yang mengganggu masyarakat sekitar.(*)