Perkembangan Ekonomi dan Sektor Tenaga Kerja di Bali Dampak Pandemi Covid-19

Editor : Totok Waluyo | Reportase : Totok Waluyo

Denpasar, Porosinformatif – Surya ‘Survey Bicara’ oleh Bank Indonesia wilayah Bali bersama ISEI Provinsi Bali dan smeru research institute mengangkat tema “Perkembangan Kondisi Ekonomi dan Sektor Tenaga Kerja di Bali Dampak Pandemi Covid-19” pada hari Kamis (4/3/2021).

Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si Ketua ISEI Provinsi Bali menjelaskan, dampak daripada Covid-19 yang sangat luas, tidak saja terhadap kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi dan psikologis masyarakat.

Diperkirakannya pandemi Covid-19 tidak hanya saat ini saja, tetapi akan terasa dalam beberapa tahun ke depan.

“Memang beberapa hari terakhir, perkembangan penyebaran Covid-19 di Bali menunjukkan penurunan. Dan berbagai langkah mengatasi penyebaran Covid-19 serta pemulihan ekonomi juga telah diambil pemerintah, namun hasilnya belum efektif,” paparnya.

Sehingga menurut Mahaendra Yasa, adaptasi kebiasaan baru di era pandemi merupakan salah satu langkah kompromi dengan melakukan aktivitas secara terbatas, tetapi mengikuti secara ketat protokol kesehatan.

Dirinya menjelaskan lebih jauh, tiga dampak besar Covid-19 terhadap perekonomian. Yaitu konsumsi rumah tangga atau daya beli yang merupakan penopang 60 persen terhadap ekonomi jatuh cukup dalam, kedua adanya ketidakpastian yang berkepanjangan, sehingga investasi ikut melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha.

“Dan yang terakhir seluruh dunia juga mengalami pelemahan ekonomi yang menyebabkan harga komoditas turun dan ekspor Indonesia ke beberapa negara juga terhambat,” terangnya dalam webinar Surya tadi siang.

Berdasarkan data yang dirilis BI pada triwulan IV tahun 2020, laju pertumbuhan ekonomi Bali jatuh cukup dalam.

“Secara yoy pada triwulan IV tahun 2019 sebesar 5,51 persen, sedangkan pada 2020 mengalami penurunan senilai -12,21 persen,” bebernya.

Adapun laju pertumbuhan Bali dengan Nasional juga mengalami kemerosotan di tahun 2020. Dimana pada tahun 2019 Bali di angka 5,60% menjadi -9,31%, sedang Nasional tahun 2019 senilai 5,02%, namun di tahun 2020 turun menjadi -2,07%.

Secara signifikan perekonomian Bali mengalami penurunan di triwulan IV 2019 dan 2020 menurut lapangan usaha, terjadi pada bidang pengadaan listrik dan gas (2019 sebesar 11,95% dan 2020 sebesar -26,96%). Pada bidang penyediaan akomodasi makan dan minum (2019 sebesar 5,61% sedang 2020 sebesar -31,81%).

“Nah yang paling dalam dan sangat besar perbandingan nilainya pada bidang transportasi dan pergudangan (2019 sebesar 5,10% sedang 2020 sebesar -40,03%),” jelasnya.

Meski demikian, tingkat persentase angka kemiskinan di Bali terbilang cukup landai. Berdasarkan data yang dirilis hingga Maret 2020 di angka 3,78%, dimana angka ini masih lebih baik dari bulan Maret 2019 yang sebesar 3,79%.

Sementara Direktur KPwBI Provinsi Bali Rizky E. Wimanda menerangkan, pengangguran di Bali meningkat signifikan dari 1,6% di Agustus 2019 menjadi 5,6% di Agustus 2020.

Dalam sektor akmamin, jumlah tenaga kerja juga mengalami penurunan.

“Namun dalam sektor pertanian, perdagangan dan industri pengolahan mengalami peningkatan, meski tidak terlalu besar,” kata Rizki.

Dengan meningkatnya jumlah pengangguran akibat dampak pandemi, maka otomatis berimbas pada penurunan pendapatan masyarakat.

“Meski hal ini tidak sedalam di awal pandemi melanda,” pungkasnya.(*)