Ancaman Teater Digital: Fenomena Laboratorium di Eropa Hingga Pendekatan Internasional

Editor : Totok Waluyo | Penulis : W. Suryandoko

Poros Opini:
Welly Suryandoko, S.Pd.,. M.Pd
Dosen Prodi Sendratasik, Jurusan Sendratasik, FBS UNESA

Surabaya, Porosinformatif – Eropa mengalami arus deras tantangan teater masa kini dengan mencoba memunculkan kerja laboratorium teater untuk menyikapi krisis para pelaku seni teater di wilayahnya.

Pelaku-pelaku teater yang hidup melalui ruang komunal memberikan keleluasaan berekpresi sesuai garis tujuan kelompok-kelompok teater.

Kebebasan ini tetap memiliki batasan internal, mengedepankan idiologi dan prinsip filosofis di dalamnya. Hal ini terjadi pada organisasi teater di seluruh dunia.

Radikalisasi teater melalui kelompok tercermin melalui pengejahwantahan konsepsi, bentuk, dan kreativitas yang dibangun dalam komunitas.

Penyikapan terhadap tantangan zaman dan perkembangan minat penonton, menjadi implikasi munculnya fenomena-fenomena unik di masyarakat.

Gejala masif ini menunjukkan geliat pelaku teater dalam mendalami teater digital melalui penelitian mendalam pada kelompok Eoropean Theatre Convention.

Drama menjadi digital untuk meneliti strategi digitalnya, lembaga teater kontinental utama yang didanai Eropa dengan tujuan memperluas akses seni melalui teknologi.

Di bawah kepemimpinan Teater Eropa Konvensi (ETC), proyek lintas sektor mempersatukan seniman dan teater umum dari tujuh negara dengan lembaga penelitian dan peneliti dari bidang teknologi, sains, media dan seni pertunjukan.

Cover Buku

Teater Digital merupakan sebuah buku studi kasus tentang berbagi pengetahuan dengan komunitas kreatif; itu adalah sebuah undangan untuk seniman, ilmuwan, profesional teater, dan budaya serta pembuat keputusan sosial untuk belajar dari pengalaman yang dilakukan dalam kajian laboratorium teater melalui perjalanan drama digital.

Manusia-manusia teater berada pada satu etalase baru bernama digital dengan unsur domain teknologi yang membenturkan antara pelaku teater dengan kemampuan akting panggung dengan digital, diarahkan pada ruang hampa menuju pada upaya memasyarakatkan teater digital.

Idiomatik teater diarahkan pada sebuah inovasi, keterampilan, kolaborasi, dan keajaiban moment teater Laboratorium Teater Eropa.

Drama menjadi digital menghasilkan tujuh laboratorium terbuka, tiga aktifitas kolaborasi kreatif, dua konferensi, satu etalase, dan pertunjukan baru yang menguji dan menerapkan teknologi baru di bioskop di delapan negara.

Pada bab berikutnya Simon Mellor memunculkan strategi teater digital bersama dewan seni Inggris 1) penggunaan teknologi baru untuk berinovasi dalam seni latihan, baik online maupun offline; 2) penggunaan teknologi baru untuk membuat, mendistribusikan dan berbagi pengalaman dengan audiens secara online; dan 3) mengumpulkan, berbagi, dan menganalisis data untuk membantu meningkatkan pengambilan keputusan, memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan penawaran kepada audiens dan meningkatkan pendapatan.

Selanjutnya Dick Van Dijk menyampaikan sebuah harapan digitalitas, digitalitas memberikan pengaruh teater.

Dalam bukunya Being Digital, Nicholas Negroponte menciptakan istilah ‘digitalitas’ sejalan dengan istilah seperti modernitas dan post-modernitas untuk menggambarkan kondisi hidup dalam budaya digital.

Kita semua tahu caranya di mana budaya digital mengubah sejumlah sektor baik atau buruk – Uber dan Airbnb adalah dua contohnya. Bahwa budaya digital memberi kita harapan tinggi untuk kita pintar dan bahkan warga yang lebih pintar.

Ada banyak contoh bagus tentang caranya teknologi baru memengaruhi konteks kinerja. Tapi pada saat yang sama, ranah teater masih pada permulaannya transformasi, masih mencari cara untuk menguasai strategi digital dan praktik. Begitu juga domain lain seperti pendidikan dan warisan juga.

Realitas virtual, penyutradaraan, keaktoran dan dramaturgi menjadi bagian penting untuk diolah. Jan Linders Kepala Dramaturge dan Deputy General Manajer, Badisches Staatstheater Karlsruhe (DE) menganalisis komunikasi digital sebagai ruang estetika penonton.

Ruang penonton menjadi krusial, sebab spektrum mendasar sebuah pertunjukan membutuhkan penonton sebagai pembaca dan pengamat ruang estetika pertunjukan. Jika ruang dilenyapkan maka digital akan menjadi ancaman.

Michel Didym Direktur Artistik, CDN Nancy Lorraine La Manufaktur (FR) membahas antara virual dan kenyataan dalam sinkronisasi.

Ruang akting virtual, digital maupun langsung melalui panggung terbuka memiliki perbedaan artinya aktor perlu masuk pada dunia sinkronisasi.

Lab Teater Eropa yang bekerjasama dengan Internasional guna menyatukan beberapa teater Eropa dengan tujuan mengatasi batas geografis, dan mempersatukan Seniman dan teknologi kreatif.

Mengembangkan konsep teater baru yang mengintegrasikan penonton ke dalam proses penciptaan artistik dengan cara digital.

Teknologi baru mendikte inovasi, begitu pula ETL membangun model teater baru dan menghadapi tantangan baru: Dramatur digital, aktor dengan keterampilan pertunjukan khusus dan teknisi kreatif.

Pada akhirnya ini bukan hanya tentang kerjasama dari berbagai teater, gaya dan profesional, tetapi juga komunikasi dan kerjasama tradisi dan inovasi.

Perpektif berikutnya Pam De SterKe mengelola proyek teater digital proses Internasional melalui interdisipliner.

Penelitian artistik interdisipliner yang inovatif proyek harus 1) mempertanyakan cara kerja peserta (secara implisit dan terkadang tidak disadari) dan membuat mereka menciptakan cara baru untuk bekerja sama; 2) fokus pada proses inovasi, bukan final produk.

Tekanan karena harus membuat produk, apakah permainan atau perangkat digital yang berfungsi, dapat mematikan inovasi karena kegagalan bukanlah pilihan; sedangkan inovasi yang baik datang dari mengambil risiko dan menerima potensi kegagalan.

3) berkembang pada yang nyata: seniman (atau pencipta apa pun) yang bekerja dalam tim interdisipliner hanya bisa bekerja sama sesuatu yang sebenarnya ada di sana.

Anda tidak ingin menjadi seperti itu yang berikutnya untuk membangun konsep di atas ide atas metafora.

Memaksimalkan potensi keaktoran digital melalui kekuatan akting, dialog dengan kontrol pernafasan yang tepat sesuai prasarana digital yang disediakan dapat membangun kualitas pertunjukan teater digital.

Pandangan Penulis:

Kelebihan

Konsepsi teater digital ini menjadi tawaran di masa pandemi saat ini dengan memaksimalkan media digital sebagai sarana pementasan teater dengan memperhatikan spektrum pendukung dan utama dalam pertunjukannya.

Kekuatan teater digital disampaikan dalam buku ini dengan baik sebab dihasilkan dari proses penelitian. Terbagi dalam ruang pembahasn mulai dari kerja laboratorium, membangun strategi teater digital, sampai pada memaksimalkan teater digital dan indisipliner.

Fokus buku ini sangat kuat dalam memaksimalkan potensi keaktoran dan penyutradaraan dalam teater digital.

Sebuah produksi teater dialihkan pada ruang virtual melalui benda serupa kacamata berfungsi sebagai bioskop pendukung pertunjukan difungsikan sebagai ruang tonton.

Kekurangan

Buku ini kurang menjelaskan dalam membangun konteks dramaturgi secara mendalam pada teater digital ini.

Benturan keilmuan tentunya mengarahkan teater digital sebagai ruang baru dan alternatif bentuk pertunjukan dengan media lain, sehingga memungkinkkan munculnya gagasan dramaturgi sebagai ilmu hukum-hukum drama yang dibahas secara mendalam dalam buku ini.

Sayangnya buku ini tidak menyuguhkan kajian dramaturgi teater digital. Menyebabkan buku memiliki kekurangan signifikan.

Penutup Resensi

Eropa membangun ruang laboratorium sebagai pendewasaan teater diera ini dengan mencari tantangan baru, memaksimalkan inovasi dan kreativitas esensial.

Pergolakan teater digital dibelahan negara belum terjawab hingga saat ini, sebab mengalihkan ruang pertunjukan panggung nyata kedalam sebuah panggung digital akan merubah seluruh spektrum pertunjukan.

Tokoh-tokoh dalam buku ini Simon Mellor Dick Van Dijk, Nicholas Negroponte, Jan Linders, dan Michel Didym belum menjawab tantangan dunia.

Teater digital masih menjadi ancaman bagi para pelaku teater di Eropa maupun dunia Internasional.(*)