Editor : Totok Waluyo | Reportase : Didik Harmadi
Pasuruan, Porosinformatif – Patirtan Belahan atau dikenal dengan Situs Candi Sumber Tetek adalah patirtan bersejarah yang terletak di hutan lereng sebelah timur Gunung Penanggungan. 5 Km ke arah barat dari Jalan Raya Surabaya-Gempol tepatnya di Dusun Belahanjowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.
Candi patirtan peninggalan abad XI dari kerajaan Kahuripan yang menjadi salah satu view wisata jika berlibur di daerah Gempol.
Kondisinya sampai saat ini masih terawat dan terjaga dengan baik.
Untuk berkunjung dan masuk ke area komplek Candi Sumber Tetek pengunjung tidak dikenakan tiket, hanya mengisi buku tamu di loket masuk.
Astono Juru Kunci Candi Sumber Tetek menuturkan, Situs Sumber Tetek merupakan peninggalan dari kerajaan Kahuripan yang di bangun pada tahun 1009 pada masa Raja Airlangga.
Bentuk dari situs ini adalah patirtan yaitu kolam berbentuk persegi empat dengan pancuran air. Di sebelah barat terdapat dua relung besar yang menjadi tempat dua patung Jaladwara yang berwujud dua arca yaitu Dewi Sri dan Dewi Laksmi berdiri berjajar.
Terbuat dari batu andesit yaitu batu yang berasal dari gunung yang keras tapi dapat dibentuk dengan tekstur yang khas.
“Fungsi dari patirtan adalah tempat mandi, maka bentuknya kolam dengan dikelilingi dinding batu andesit dan adanya pancuran yang terus mengalir. Pada masa kerajaan Kahuripan, Candi Sumber Tetek disinyalir penggunaannya sebagai tempat mandi Prabu Airlangga,” ungkapnya.
Arca Dewi Sri sebagai Dewi Padi perlambang kesuburan sedangkan Dewi Laksmi yaitu arca yang ada di sebelah kanan dengan sepasang payudaranya mengalirkan air adalah perlambangan dari kekayaan dan kemakmuran.
Dan itulah salah satu keunikan Candi Sumber Tetek adalah mengalirnya air melalui sepasang payudara.
Melihat bentuk kedua arca, maka masyarakat menyebutnya Sumber Tetek yang berarti air yang mengalir dari payudara perempuan.
“Dalam perkembangannya bagi masyarakat Situs Sumber Tetek, selain menjadi tempat wisata sejarah untuk memahami perdababan kuno di era kerajaan Kahuripan, bagi masyarakat juga dijadikan sebagai Punden.
Bermacam kegiatan ritual dilakukan, ruwatan bersih desa, dan selamatan bila masyarakat memiliki hajatan mantu atau acara nikahan, dan sunatan.
Pada saat itu, masyarakat membawa tumpeng dan mengadakan selamatan di Candi Sumber Tetek.
Kegiatan ini dilakukan agar mendapat keselamatan dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu juga sebagai ungkapan puji syukur karena Situs Sumber Tetek telah menopang kehidupan masyarakat dari limpahan air yang digunakan sebagai irigasi pesawahan dan kegiatan hidup sehari-hari.
Secara ekonomi Candi Sumber Tetek juga menjadi penopang aspek perekonomian masyarakat sekitar dengan usaha warung dan makanan.
“Selain berfungsi bagi masyarakat sekitar, juga banyak pengunjung dari luar wilayah dengan keperluan pribadi. Mereka mengadakan ritual ngalab berkah maupun berobat karena sakit tergantung pada keperluan dan keyakinan mereka. Untuk pengunjung yang menginap, pengelola mewajibkan pengunjung menyerahkan KTP dan mencatatkan di loket masuk Candi Sumber Tetek” tegasnya.
Keberadaan dari situs ini di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.
Upaya pelestarian diantaranya dengan selalu melakukan perawatan candi berupa pembersihan dari lumut, tanaman liar, dan rumput yang dilakukan secara rutin setiap harinya.
Memberi pemahaman pada pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan dengan memberi aturan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestariannya.
Dan ketika masa pandemi Covid-19, pengunjung selalu menjaga protokol kesehatan 3 M serta larangan untuk agar tidak mandi sementara waktu sampai Covid-19 mereda.
“Pemeliharaan, perawatan, pengelolaan maupun penjagaan selalu dilakukan. Adanya perlengkapan sanitasi dibuat agar candi tetap terjaga kelestariannya,” pungkasnya.(*)