Editor : Totok Waluyo | Reportase : Buang Supeno
Malang, Porosinformatif – Perkembangan teknologi informasi harus mampu dimanfaatkan dengan baik oleh generasi millenial guna meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Wejangan yang disampaikan mantan seorang aktivis Promeg’98, Ir. Bido Swasono dalam merefleksikan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2021 yang ke-113.
Ia menegaskan, seratus tiga belas tahun yang lalu Boedi Oetomo meletakkan dasar-dasar kebangkitan nasional bagi bangsa Indonesia.
Tiga hal penting yang direntas Boedi Oetomo adalah cita-cita untuk memerdekakan kemanusian, mewujudkan nusa dan bangsa serta mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata dunia.
“Tiga hal tersebut merupakan substansi makna kebangkitan nasional yang harus dipertahankan dan diaktualisasi lintas generasi,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu (19/5/2021) sore tadi.
Kembali Bido menekankan bahwa hal-hal tersebut harus senantiasa diterapkan dalam kerangka dinamis sesuai konteks zamannya.
“Semangat heroik harus tetap dikobarkan, melalui pemanfaatan teknologi informasi yang kini berkembang pesat, apalagi dimasa pandemi yang sudah setahun lebih ini,” imbuhnya.
Dalam diskusi menjelang Hari Kebangkitan Nasional ke-113 dan reformasi yang ke-23 nantinya, Bido sangat bersemangat dan terus mengingatkan kepada seluruh generasi millenial untuk meningkatkan kualitas dalam hal ilmu teknologi informasi.
Melihat dari sejarah kebangkitan nasional, awalnya tanggal 20 Mei ini merupakan dasar berdirinya dari organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Organisasi ini dinilai menjadi sebuah titik temu atas seluruh perbedaan ideologi, identitas, perspektif dan cara pandang kebangsaan yang berkembang di masa awal kelahiran Indonesia.
Semua hal tersebut disatukan demi mewujudkan nusantara yang satu dalam melawan masa penjajahan pada saat itu.
Dari sinilah kemudian semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan ini semakin mengkristal dan menjadi kekuatan moral bangsa sebagaimana tertuang dalam ikrar “Soempah Pemoeda”, pada tanggal 28 Oktober 1928.
Korelasi dengan situasi kini ialah masyarakat juga memiliki perbedaan pandangan terhadap COVID-19 ini, maka dari itu kebersamaan seluruh elemen masyarakat juga menjadi langkah tepat bagi Indonesia untuk keluar dari krisis ini.
“Kita harus sama-sama berupaya mengejar ketertinggalan. Sehingga tidak ada lagi orang yang anti Indonesia, tetapi harus menyatukan pendapat dan gagasan untuk memajukan Indonesia dengan memanfaatan teknologi infromasi,” bebernya.
Bido Swasono yang mantan anggota DPRD Kota Malang mengungkapkan, sejak lahirnya kebangkitan nasional 1908 dan sekarang menginjak 23 tahun pascareformasi 1998 ada satu generasi yang hilang.
Bido menilai hasil reformasi itu apa?. Gerakan reformasi tahun 1998 dinilai gagal sebab tidak ada ideologi, konsep, dan rencana yang dipersiapkan setelah tumbangnya rezim Orde Baru.
”Setelah Soeharto lengser, mahasiswa tidak memikirkan bagaimana seharusnya bangsa ini dibangun,” jelas Bido.
Ia juga menuturkan, perjuangan mahasiswa pascareformasi 1998 juga cenderung sporadis karena terpecah oleh kepentingan tiap-tiap golongan.
“Dengan demikian, kontrol sosial politik terhadap penguasa menjadi lemah,” ucapnya lagi.
Bido menyebutkan, banyaknya aset ekonomi bangsa yang dikuasai pemodal asing, seperti Indosat dan Telkom, serta kenaikan harga bahan bakar minyak menjadi bukti, kebijakan pemimpin pascareformasi belum berpihak kepada rakyat.
Bido Swasono mengharapkan tahun ini akan muncul generasi’21 yang akan menjawab tujuan Indonesia merdeka itu yang bagaimana?
“Kalau dulu Indonesia merdeka tanpa exploitasi the long parlong atau tidak setuju adanya penghisapan manusia atas manusia. Tapi kini ternyata ada bentuk penjajahan baru yaitu IT. Menjadikan generasi sekarang sebagai generasi penunduk yang menghilangkan adat istiadat (toikisme),” paparnya.
Oleh karena itu, dia berharap generasi’21 harus mampu menjawab dengan memanfaatkan IT sebijak mungkin.
“Bukan untuk saling menyerang antar anak bangsa dengan informasi yang menyesatkan, melainkan sebagai media untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta menumbuhkan kesetiakawanan sosial,” pungkasnya.
Selanjutnya dengan memperhatikan perkembangan dan kecenderungan fenomena bangsa tersebut, maka semangat dan jiwa Kebangkitan Nasional menjadi penting untuk terus digelorakan dalam setiap individu warga negara Indonesia, agar tetap waspada dalam rangka menjaga keutuhan sebuah bangsa yang besar dalam bingkai NKRI.(*)