Editor : Totok Waluyo | Reportase : Buang Supeno
Batu, Porosinformatif – Kesegaran alam yang belum banyak terkena polusi serta pemandangan serba hijau yang menghampar, membuat Kota Batu, Jawa Timur banyak diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Selain dikenal kota penghasil buah apel, Kota Batu sekarang juga merupakan kota penghasil buah jeruk.
Geografis Kota Batu yang berbukit dan dikelilingi oleh banyak pohon jeruk, membuat kota ini begitu memanjakan mata bagi pengunjungnya.
Yayuk Muriswati, Ketua Pengelola Desa Wisata Punten menjelaskan, beralihnya petani dari budidaya apel ke jeruk banyak faktor yang mempengaruhi.
“Termasuk tingginya harga obat-obatan tanaman apel. Disamping sedikitnya keuntungan jika mengembangkan tanaman apel,” jelas Yayuk di kebunnya, Rabu (2/6/2021).
Hampir seluruh warga yang ada di desa Punten Kecamatan Bumiaji berprofesi sebagai petani jeruk. Yayuk menyebutkan, dirinya telah menjadi petani jeruk keprok lebih dari 20 tahun.
“Sentra perkebunan jeruk ini sudah ada sejak puluhan tahun silam, sekitar tahun 1985,” katanya.
Awalnya, jeruk yang dikembangkan adalah jeruk keprok punten. Memasuki tahun 2000-an, petani muda juga mengembangkan jenis jeruk keprok batu 55. Berkembangnya varian jeruk ini disebabkan banyak petani apel yang berpindah menjadi petani jeruk akibat udara di wilayah itu yang sudah tidak lagi cocok untuk membudidayakan tanaman apel.
Lokasi perkebunan jeruk ini berada di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Batu. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menuju lokasi tersebut dari Bandar Udara Abdul Rachman Saleh. Sebagai patokan, jalan menuju sentra kebun jeruk ini ke arah taman rekreasi Selecta.
Setelah memasuki daerah Kecamatan Bumiaji, lokasi kebun-kebun jeruk tidak jauh lagi. Anda akan menemukan gang kecil sebelah kiri jalan yang bertuliskan selamat datang di Desa Wisata Punten.
Dari gang itu, anda masih harus terus masuk kedalam sampai menemukan pertigaan pertama dan mengambil jalan ke kanan. Di sepanjang jalan tersebut sudah terlihat banyak perkebunan jeruk dan beberapa halaman rumah yang juga dipenuhi oleh tanaman jeruk.
Bila ingin melihat perkebunan jeruk yang lebih besar, Anda bisa masuk lebih ke dalam dan melewati jalan yang cukup curam. Tidak perlu takut untuk tersesat karena seluruh warga di sana akan dengan senang hati memberitahu lokasi perkebunan yang anda minati.
Tak mau kalah dengan sentra apel, sentra perkebunan jeruk ini juga membuka fasilitas yang sama, yaitu wisata mengunjungi perkebunan dan memetik buah jeruk langsung dari pohon.
Yayuk mengatakan, kebanyakan wisatawan yang datang ke kebunnya adalah wisatawan lokal yang berasal dari luar kota Batu.
Apalagi saat ini merupakan puncak panen raya petik Jeruk. Rata-rata dalam sebulan jumlah pengunjung ke kawasan desa wisata petik jeruk mencapai sekitar 10 ribu pengunjung.
Sugiharso salah satu wisatawan dari Malang bersama rekannya Mis Roy dan Nurhuda mengungkapkan perasaannya yang sangat senang menikmati wisata petik jeruk ini.
Selain bisa memetik dan menikmati buah jeruk batu 55 yang manis rasanya langsung dari pohonnya, juga disuguhi dengan pemandangan alam perkebunan jeruk yang cukup luas dan asri serta sejuk udaranya,
“Sangat puas menikmati wisata petik jeruk langsung dari pohonnya ini. Ada sensasi dan kepuasan tersendiri. Beda banget jika kita beli di supermarket. Disini kita dimanjakan dengan segarnya alam dan manisnya rasa buah jeruk batu 55. Kita bisa berlarian sambil berebut petik jeruk dan berteriak kayak anak kecil. Jadi refreshing banget rasanya,” papar Sugiharso sambil mengupas buah jeruknya.
Di Batu ada beberapa varietas jeruk, yakni jeruk varietas baby (manis) ada tiga, java paling manis, pacitan paling segar dan valencia berasa asam.
Kini petani sudah mulai beralih ke jeruk batu 55 setelah menjadi juara nasional kontes buah yang manis dan produktif.
Berdasarkan data setiap panennya, dalam setiap hektarnya jeruk batu 55 bisa panen sekitar 35-50 ton, berbeda dengan jenis jeruk lainnya yang hanya mampu produksi 15-20 ton saja. (*)