Jakarta, Porosinformatif | Siapa yang tidak mengenal sosok (Alm) BJ Habibie yang merupakan presiden ketiga republik ini. Namun tidak sedikit yang mengetahui bahwa dengan latar belakang pendidikannya sebagai insinyur (teknik mesin) dan meraih dua gelar sekaligus yaitu Diplom Ingeniuer dan Doktor Ingeniuer dengan predikat cum laude.
Beliau juga pernah membuat prototipe pesawat DO-31—pesawat baling-baling tahap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertikal.
Tak main-main, karyanya ini dibeli oleh Badan Penerbangan dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA). Habibie pun berhasil menarik perhatian Messerschmitt Bölkow Blohm Gmbh (MBB), yaitu sebuah industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg, Jerman.
Di perusahaan tersebut, kariernya terus melejit hingga menduduki jabatan Vice President/Direktur Teknologi MBB, jabatan tertinggi kedua di sana. Hebatnya lagi, ia merupakan satu-satunya orang di luar kebangsaan Jerman yang pernah menduduki posisi itu.
Jejak Habibie di bidang teknologi diikuti oleh putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie. Sama seperti sang ayah, Ilham pernah tinggal dan menempuh pendidikan di Jerman dalam waktu lama.
Di sana, ia berhasil menyelesaikan studi di Technical University of Munich. Gelar insinyur dan doktor dalam ilmu penerbangan pun ia raih di universitas yang sama dengan hasil summa cum laude.
Berbekal ilmunya di bidang penerbangan, Ilham ingin meneruskan mimpi ayahnya yang ingin Indonesia bisa terus membuat pesawat sendiri.
Awalnya, ia ditunjuk menjadi Direktur Marketing PT. Dirgantara Indonesia. Perusahaan yang melahirkan pesawat N-250 Gatotkaca. Karena satu dan lain hal, proyek pengembangan N-250 selanjutnya tidak bisa dilanjutkan.
Kemudian, Ilham berkecimpung di Grup Ilthabi Rekatama yang merupakan perusahaan keluarga.
Dirinya juga pernah menduduki posisi strategis di beberapa perusahaan lainnya. Namun, fokus utama Ilham tetap ingin membantu ayahnya mengembangkan pesawat milik negeri sendiri.
Karena itu, Ilham menanamkan modal ke perusahaan pembuat pesawat terbang yang ia dirikan bersama sang ayah, PT. Regio Aviasi Industri (RAI). Hingga kini, ia masih menjabat sebagai chairman di perusahaan tersebut.
Bersama sang ayah, Ilham mengerjakan proyek pembuatan pesawat komersial buatan dalam negeri, sebagai lanjutan dari N-250 Gatotkaca. Pesawat ini merupakan pesawat penumpang bermesin turboprop R80 dan mampu mengangkut 80 penumpang. Pesawat ini dipastikan cocok untuk terbang di wilayah Indonesia.
Meskipun sang ayah telah tiada, semangat Ilham untuk meneruskan pembuatan R80 tak padam. Menurutnya, R80 bukan hanya impian Habibie semata, melainkan mimpi seluruh rakyat Indonesia.
Ilham bertekad meneruskan proyek ini karena baginya hal ini sangat bermakna baginya, dalam proyek ini ada tugas yang di embannya sebagai anak untuk meneruskan impian bapak untuk masyarakat Indonesia.
Sebagai informasi, pesawat R80 saat ini masih berada dalam tahap pengembangan. Pandemi Covid-19 menyebabkan kemunduran program.
Dilain kesempatan Humas PT RAI, Justin Djogo turut memberikan pernyataan bahwa pengembangan tahap akhir program baru dimulai pada 2021 dan produksi prototipe akan dilakukan pada 2023. Sementara itu, penerbangan pertama akan dilakukan pada 2025 dan sertifikasi ditargetkan pada 2028.
Dorong penerapan teknologi, tak hanya sibuk mengurus proyek R80 di PT RAI, Ilham juga membantu perkembangan teknologi dalam negeri melalui beberapa peran. Salah satunya, Ilham yang menduduki posisi Ketua Dewan Pembina Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia, mendorong transformasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan sentuhan teknologi.
Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan agar UMKM bisa mengembangkan kapasitas bisnis mereka. Ilham pernah mengatakan pada 2020, sudah waktunya UMKM yang sudah berjalan saat ini ditransformasikan menjadi teknopreneur.
Transformasi yang ia maksud tersebut adalah memulai ulang dengan satu reaktualisasi proses bisnis dan produk mereka masing-masing. Hal ini bisa terjadi melalui implementasi metode, proses, teknologi, inovasi tertentu, atau produk baru.
Pengembangan teknologi pun ia terapkan di PT. Bank Muamalat Tbk, di mana Ilham menjabat sebagai Komisaris Utama. Bank Muamalat baru saja meluncurkan teknologi QRIS Code pada awal tahun ini.
Dirinya yakin, teknologi ini akan membawa Bank Muamalat semakin maju. Teknologi digital, kata Ilham, harus digunakan sesuai dengan tujuannya. Dalam hal itu, agar memudahkan proses bertransaksi, apalagi dalam kondisi pandemi yang sedang dialami saat ini di seluruh belahan dunia.
Kontribusi dan inovasi Ilham lainnya di bidang teknologi akan terus ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Berbagai pencapaian gemilang yang ia pernah raih pun diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya, terutama yang ingin berkecimpung di industri teknologi dan penerbangan.
Semoga akan lahir BJ dan Ilham Habibie lainnya yang dapat memajukan industri pesawat terbang Indonesia.
(Penulis: Anita Rahmadian – anggota Gerakan Perempuan Indonesia Satu)
Tentang Gerakan Perempuan Indonesia Satu:
Perempuan Indonesia Satu adalah gerakan perempuan Indonesia yang bersifat independen dengan tujuan mulia memberikan sumbangsih lebih bagi kemajuan perempuan Indonesia.
Perempuan Indonesia Satu memiliki Visi bersama membangun solidaritas sesama perempuan untuk saling mendukung dan menginspirasi sesama.
Misi Perempuan Indonesia Satu adalah untuk mendukung setiap aktivitas pemberdayaan dan kemajuan perempuan, serta pembangunan Indonesia.
Gerakan perempuan Indonesia Satu diharapkan dapat menciptakan dampak positif untuk kemajuan perempuan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Bagaimanapun, perempuan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.
Gerakan ini juga mengajak segenap perempuan Indonesia untuk bersatu, bergandengan tangan, dan saling bahu membahu untuk memberikan yang terbaik. Gerakan ini akan mengusung banyak program terkait isu-isu perempuan. Berperan aktif dalam kebangkitan ekonomi, literasi, budaya, politik, dengan tokoh-tokoh besar Indonesia dan internasional.
Gerakan Perempuan Indonesia Satu di inisiasi oleh Henny Lestari, perempuan Indonesia yang berpengalaman lebih dari 25 tahun di industri pasar modal dengan perusahaan yang dibangunnya, PT Media Komunika Kita (KITACOMM).
Berpengalaman lebih dari lima tahun sebagai wartawan, jurnalis ataupun news anchor di media massa nasional. Henny berkiprah di dunia komunikasi tidak hanya sebagai praktisi kehumasan namun juga akademisi atau tenaga pendidik di Universitas Indonesia.
Henny dan para sahabat bersatu dalam gerakan ini dengan persamaan mendasar yakni memiliki kepedulian yang tinggi pada usaha pemberdayaan perempuan Indonesia. “Kemajuan perempuan adalah kemajuan untuk bangsa Indonesia”.(*)