Ada Dukungan Pemimpin Perempuan di Balik Keberhasilan Bank Indonesia

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana

Jakarta, Porosinformatif | Bank Indonesia (BI) tetap mampu menjaga kestabilan kondisi perekonomian negara di tengah ketidakpastian kondisi pandemi Covid-19. Salah satu contohnya, BI dapat menjaga kondisi makroekonomi Indonesia tetap stabil selama pandemi.

Keberhasilan ini membuat BI meraih penghargaan The Best Macroeconomic Regulator in Asia Pacific dari The Asian Bankers.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, penghargaan tersebut menjadi simbol pengakuan dunia internasional atas kinerja ekonomi bangsa.

Penghargaan ini akan meningkatkan kepercayaan pelaku ekonomi terhadap keseriusan BI dalam memulihkan ekonomi pasca Covid-19 dan prospek ekonomi Indonesia yang semakin baik.

Penghargaan tersebut merupakan bentuk pengakuan dunia internasional terhadap terjaganya kinerja ekonomi Indonesia. Selain itu juga memperlihatkan kuatnya sinergi kebijakan antar-otoritas dalam menjaga stabilitas dan memulihkan ekonomi nasional.

Kekuatan dalam menjaga stabilitas juga ditunjukkan BI melalui keberhasilan mengelola cadangan devisa sehingga dapat menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah pandemi Covid-19.

BI pun sukses menyabet penghargaan lain. Kali ini, BI meraih penghargaan Reserve Manager of The Year dari Central Banking Publications.

Pencapaian tersebut, menurut Perry Warjiyo, mencerminkan reformasi yang menempatkan kerangka pengelolaan cadangan devisa baru sebagai bagian integral dari bauran kebijakan Bank Indonesia.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar dalam bauran kebijakan ini memainkan peran kunci dalam membalikkan depresiasi mata uang dengan cepat sambil mempertahankan tingkat cadangan devisa selama menghadapi guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat pandemi Covid-19 pada paruh pertama tahun 2020.

Peran Pemimpin Perempuan

Kesuksesan BI dalam menjaga kestabilan kondisi perekonomian Indonesia selama pandemi Covid-19 tentu tak lepas dari kerja keras para pimpinan dan seluruh karyawan, termasuk di dalamnya para perempuan yang menduduki posisi strategis di lembaga keuangan bentukan pemerintah itu. Sekitar 42 persen jabatan tinggi di BI kini dipegang oleh perempuan.

Untuk level manajer ke atas, 42% sudah wanita dan pada level pimpinan dua dari enam anggota Dewan Gubernur adalah wanita.

Pencapaian itu, menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, bukan karena kuota atau kasihan, tapi karena kapabilitas kemampuan yang dimiliki perempuan sehingga mereka berhak dapatkan posisi setara dengan kaum lelaki.

Destry sendiri merupakan salah satu dari dua perempuan anggota Dewan Gubernur BI. Dirinya resmi menduduki posisi ini setelah ditunjuk menjadi calon tunggal oleh Presiden Joko Widodo dan mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Destry mengucapkan sumpah jabatan pada 7 Agustus 2019.

Terpilihnya Destry untuk menjadi orang nomor dua di BI ini memang tak sembarangan. Rekam jejaknya di bidang keuangan cukup panjang dan berbobot.

Wanita bergelar Master of Science dari Field of Regional Science Cornell University, Amerika Serikat, tersebut mengawali kariernya sebagai Senior Economic Adviser Duta Besar Inggris untuk Indonesia.

Kemudian, Destry pernah menjadi peneliti dan pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, tempatnya kuliah S1 dulu.

Lalu, kariernya di bidang keuangan berlanjut dengan menjadi Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Kepala Satuan Tugas Ekonomi Kementerian BUMN, dan Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan.

Saat terpilih sebagai deputi gubernur, Destry membawa visi misi “Menjadikan Bank Sentral yang Adaptif dan Inovatif”. Ia mengatakan, BI harus bersifat adaptif dan inovatif untuk meminimalisir ketidakstabilan ekonomi nasional akibat dari volatilitas ekonomi global.

Sebagai Deputi Gubernur BI, Destry memiliki rekan kerja perempuan lain yang juga menduduki posisi serupa. Ia adalah Rosmaya Hadi yang sudah lebih dulu menjabat sebagai Deputi Gubernur BI. Tepatnya pada 6 Januari 2017.

Sebelum menjadi deputi gubernur, wanita kelahiran Bandung tersebut memang sudah berkarier di BI sejak 1985. Awalnya, Rosmaya pernah bertugas di beberapa Satuan Kerja. Kemudian, pada 2013 ia ditunjuk untuk menjadi Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran serta menjadi Kepala Kantor Perwakilan BI (KPw BI) Provinsi Jawa Barat.

Selama menjabat sebagai KPwBI, Rosmaya menunjukkan prestasi gemilang. Dirinya sukses terpilih sebagai Change Leader Terbaik Bank Indonesia selama dua tahun berturut-turut dan mendapat penghargaan “Perhumas Excellence Award 2016” dengan kategori Narasumber Terbaik Pilihan Media dan Kategori Sosial dan Public Campaign yang mendukung Program Pemerintah dalam Gerakan Nasional Non-Tunai.

Ketika masa jabatannya sebagai KPwBI selesai, Rosmaya mendapat kesempatan untuk menjadi deputi gubernur. Saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan, ia menawarkan program BI yang mampu mendorong pembangunan yang tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membangun manusia Indonesia yang terdidik, tercerdaskan, mandiri dan sejahtera.

Rosmaya pun ingin meningkatkan peran kantor perwakilan BI di daerah untuk pengendalian inflasi, pembangunan daerah terluar tertinggal dan termiskin, perluasan peran ekonomi dan syariah, peningkatan kapasitas ekonomi, serta peningkatan inklusi keuangan melalui pemanfaatan teknologi digital.

Perjalanan Destry dan Rosmaya sama-sama masih panjang. Mereka masih semangat menjalankan visi misi mereka sambil mendukung kemajuan Bank Indonesia. Tak ketinggalan, mereka juga mendukung perkembangan kesetaraan gender di Bank Indonesia.(*)