Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana
Jakarta, Porosinformatif
“Vaksin Covid-19 mengandung magnet, terlihat dari koin logam yang bisa menempel di kulit bekas suntikan”
Apakah Anda pernah membaca pesan tersebut di WhatsApp (WA) atau media sosial?
Pesan ini sempat membuat heboh dunia maya beberapa waktu lalu. Setelah ditelusuri, ternyata pesan ini tidak benar alias hoaks. Faktanya, gaya gesek dan keringat yang membuat koin menempel, bukan bekas suntikan vaksin. Vaksin Covid-19 tidak ada yang mengandung magnet.
Selama pandemi Covid-19, banyak sekali beredar pesan hoaks di WhatsApp atau media sosial yang sering kali membuat masyarakat resah.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat terdapat 1.733 hoaks soal Covid-19 dan vaksin selama pandemi.
Banyak pihak kemudian ingin menghentikan penyebaran hoaks terkait Covid-19. Salah satunya adalah dr. RA. Adininggar SpPD atau yang biasa dipanggil dr. Ning.
Awalnya, ia sering memberikan klarifikasi mengenai informasi yang tidak benar di grup WhatsApp keluarga. Seiring waktu, Ning mulai tergerak ingin memberikan edukasi ke kelompok yang lebih luas lewat media sosial. Ia memilih platform Instagram sebagai media edukasinya.
Ning pernah mengaku bahwa dirinya tidak terlalu aktif di media sosial. Dia bukan orang yang suka membuka kehidupan pribadi. Hanya kemarin waktu pandemi ada panggilan jiwa Ning.
Dia mengatakan, awal-awal itu yang bikin saya termotivasi menjadi edukator sebenarnya dari grup WA keluarga.
Di akun Instagram miliknya, dia rajin membagikan isi power point dan screenshot jurnal dilengkapi dengan caption yang informatif. Selain itu, Ning juga sering mengadakan live Instagram dengan mengundang narasumber lain. Ia sering mengajak guru, senior, atau dokter spesialis di bidangnya masing-masing untuk menjadi membagikan informasi edukatif tentang Covid-19.
Ning mengatakan, dirinya sebisa mungkin memberikan edukasi dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami. Walaupun menyederhanakan bahasa medis bukan sesuatu yang mudah, tetapi Ning dan rekan-rekan tenaga medis lainnya selalu berusaha melakukan yang terbaik.
“Intinya kalau mengedukasi masyarakat, bahasa yang digunakan harus sederhana karena tidak akan sampai kalau terlalu kompleks,” terangnya.
Maka dari itu, biasanya dia mengedukasi dengan bahasa-bahasa awam.
Upaya Ning mendapat respons positif dari masyarakat. Hingga artikel ini dibuat, jumlah pengikut di akun Instagramnya (@drningz) sudah mencapai 107 ribu orang. Para pengikutnya pun kerap menyampaikan pertanyaan seputar informasi Covid-19 di kolom komentar.
Selain itu, sejak jadi edukator teman baru Ning di Instagram jadi bertambah banyak. Ia banyak berkenalan dengan orang dari berbagai latar belakang dan profesi yang juga sering memberikan edukasi Covid-19 lewat media sosial.
Kini, ia bergabung dalam sebuah komunitas di Instagram bernama Pandemic Talk. Komunitas ini sering membagikan informasi dan data mengenai Covid-19.
Bangkit dari Rintangan
Ning memang mendapat banyak respons positif atas informasi edukatifnya. Namun, bukan berarti ia tidak menghadapi rintangan apapun selama menjadi edukator Covid-19.
Salah satunya, Ning pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan di dunia maya yang membuatnya rehat sejenak dari Instagram.
Dirinya pernah mengalami ad hominem—upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat buruk dari orang yang mendukung klaim tersebut (dari orang-orang yang tidak setuju dengan materi yang ia sampaikan). Untungnya, Ning bisa bangkit lagi dan kembali aktif di Instagram.
Ning mengungkapkan bahwa dirinya termasuk hoaks check yang sering kena ad hominem hingga bully-an karena memberikan edukasi tentang Covid-19 ini.
Awalnya kaget dan sempat drop sampai mundur dari Instagram. Namun dia akhirnya balik lagi, karena ‘kenapa harus takut?’ Ning memanfaatkan fasilitas blokir dan hapus juga dari Instagram.
Meskipun sudah kembali aktif menyebarkan informasi tentang kebenaran hoaks Covid-19, ia mengakui masih banyak orang yang tidak percaya dan tidak mau belajar. Ning pun memilih untuk tetap fokus memberikan edukasi kepada orang-orang yang mau belajar saja.
Ning bertekad akan menggunakan energinya untuk orang-orang yang benar-benar mencari tahu. Bukan orang-orang yang sudah punya mindset, kepercayaan tertentu lalu dia harus melawan atau memaksa dia pindah ke keyakinan Ning.
Dokter Rumah Sakit (RS) Adi Husada Undaan dan RS Brawijaya, Surabaya, tersebut sangat bertekad untuk terus semangat memberi edukasi kepada masyarakat, bahkan sampai setelah pandemi usai. Ia juga ingin memberi informasi mengenai topik kesehatan lain di luar Covid-19. Informasi yang jujur dan ilmiah.
Semangat Ning yang begitu tinggi untuk menjadi edukator membuatnya ditunjuk sebagai penerima Anugerah Perempuan Hebat Indonesia 2021 dari media liputan6.com.
Penghargaan tahunan dari liputan6.com kepada perempuan yang berdedikasi dalam profesinya serta memberikan kontribusi yang luar biasa bagi sesama.(*)