WHO Sebut Adanya Virus yang Lebih Berbahaya, Masyarakat Perlu Edukasi Masif

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana

Jakarta, Porosinformatif | Pandemi Covid-19 belum selesai. Hal ini diperjelas oleh keterangan Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam peringatannya yang menyatakan akan adanya kemungkinan varian virus baru dan lebih berbahaya.

WHO lewat Didier Houssin menyebutkan bahwa varian baru ini mudah menyebar ke seluruh dunia. Penyebarannya diduga akan lebih sulit dan pandemi belum bisa terhalaukan dalam waktu dekat.

Sejauh ini, peneliti baru mengeluarkan empat varian Covid-19 yang mendominasi, di antaranya Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Varian terakhir adalah yang paling mudah serta cepat menular dari satu penderita ke orang lainnya.

Maraknya penyebaran varian baru ini, terutama di Indonesia, membuat berbagai pihak meminta edukasi yang masif dari pemerintah. Pasalnya, masyarakat perlu mengetahui langkah pencegahan baru yang dibutuhkan dalam penekanan penyebaran virus corona varian baru ini.

Pemerintah juga diminta untuk menggunakan aplikasi pelacakan kontak dan interaksi akan penyebaran infeksi di berbagai daerah. Pasalnya, memang varian baru ini menyebabkan gelombang sosial yang semakin besar.

Pembatasan sosial memang diperlukan agar adanya pembatasan interaksi langsung. Jika bisa, memang setiap langkah masyarakat di data melalui aplikasi tersebut. Terlebih, bagi mereka yang masih melakukan kegiatan normal dan tidak bisa mengelak dari pertemuan di luar rumah.

Pemberlakuan pembatasan sosial seperti PPKM Darurat juga membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah untuk memberikan bantuan langsung pada masyarakat yang membutuhkan. Faktanya di lapangan, masih banyak masyarakat yang bekerja dengan mata penghasilan harian yang dirugikan oleh peraturan ini.

Saat ini yang harus diwaspadai juga adalah infeksi Covid-19 varian Delta pada anak. Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai, seperti batuk, demam, hilang indra penciuman dan perasa, sakit kepala, mual, pilek, ruam kulit, lemas, dan hilang selera makan.

Sementara itu, gejala Covid-19 varian delta bagi orang dewasa juga sepatutnya di waspadai. karena ada sejumlah gejala terbaru yang sebelumnya tidak disebutkan. Di antaranya adalah demam, sesak nafas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan indera penciuman, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, dan mual atau muntah. Selain itu adalah diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, pembekuan darah, serta gangren.

Selain itu, edukasi tentang vaksinasi juga sebaiknya dilakukan lebih masif. Masih banyak masyarakat yang termakan hoaks tentang vaksin. Isu tentang efek negatif vaksin juga besar menyebar di masyarakat sehingga mereka takut untuk ikut vaksin.

Keresahan juga disebabkan adanya isu vaksin tidak aman karena tidak halal. Banyak masyarakat Indonesia masih takut karena tidak halal, vaksin menjadi tidak aman dari segi kesehatan. Edukasi bisa disampaikan dengan cara yang mudah dimengerti, terutama untuk masyarakat yang ada di pelosok Indonesia.

Menurut para ahli, tantangan terbesar yang dihadapi dalam penyebarluasan vaksin adalah penolakan akibat dari misinformasi. Pemerintah disarankan dapat bekerja sama dengan tokoh masyarakat hingga pemuka agama untuk menekankan manfaat dan pentingnya vaksin.

Tokoh terpandang masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik, baik itu positif maupun negatif. Tokoh masyarakat pun dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat terkait kepentingan vaksin. Jawaban secara langsung itu juga dibutuhkan karena kekhawatiran masyarakat dapat terhapuskan oleh jawaban dari tokoh yang mereka hormati.

Informasi juga bisa disebarkan secara digital. Konsumsi digital saat ini memang sudah lebih besar dari konsumsi media konvensional. Masyarakat bisa mendapatkan info dari media sosial dan video digital.

Semoga dengan edukasi yang masif dapat membangun pengertian yang lebih dalam dan masyarakat bisa menjadi lebih memahami bahaya pandemi yang sedang besar-besarnya.(*)