Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana
Jakarta, Porosinformatif | Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi dan lebih dari 300 kelompok etnis dan suku bangsa. Setiap provinsi dan suku bangsa ini memiliki identitas budaya yang begitu beraneka ragam. Mulai dari rumah adat, baju adat, hingga tarian daerah.
Jumlah tarian daerah di Indonesia mencapai 168 tarian. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara penting di daerah tersebut, seperti penyambutan tamu negara atau ritual keagamaan.
Sayangnya, di era globalisasi yang semakin pesat seperti sekarang ini, keberadaan tarian daerah mulai tersaingi oleh tarian ala Barat seperti balet dan modern dance.
Apabila tarian daerah tidak dijaga kelestariannya, bukan tidak mungkin generasi muda di masa depan tak lagi mengenal tarian daerah.
Kenyataan tersebut mendorong sekelompok perempuan Indonesia yang mencintai tarian daerah untuk membuat sebuah gerakan. Mereka mendirikan sebuah komunitas pelestari tarian daerah yang mereka beri nama Perempuan Menari.
Perempuan Menari digagas oleh Prita Nandini bersama enam orang temannya yang berasal dari latar belakang berbeda-beda pada 2018. Bersama-sama mereka semangat menularkan semangat belajar menari tarian tradisional kepada anak-anak muda.
Kalau tidak dijaga oleh anak muda, maka budaya Indonesia ditakutkan akan hilang oleh budaya global. Anak muda zaman sekarang boleh saja suka tari balet, tetapi lebih baik lestarikan juga tarian-tarian Indonesia.
Lanjutnya, tarian daerah merupakan kekayaan budaya yang istimewa karena aksesoris, gerakan, dan filosofinya begitu cantik. Gerakan tarian setiap daerah pasti ada saja yang tak sama. Menurut Prita, tarian juga bisa menjadi media komunikasi antarbangsa.
Dalam perkembangannya, semangat yang ditularkan Perempuan Menari tak hanya berhasil menjangkau anak muda saja. Banyak juga orang dewasa yang tertarik untuk belajar tarian daerah.
Prita mengatakan, tak ada batasan umur untuk menari tradisional. Anggotanya ada yang berusia 13 tahun, hingga 63 tahun. Semua umur bisa mengikutinya.
Jumlah anggota komunitas Perempuan Menari sudah lebih dari 92 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Profesi mereka pun beraneka ragam. Mulai dari pengusaha, guru, hingga ibu rumah tangga.
Kegiatan Perempuan Menari
Komunitas Perempuan Menari memang tak main-main dalam melestarikan tarian daerah. Tak hanya rutin mengadakan sesi latihan menari, tetapi mereka juga rajin memperkenalkan tarian tradisional ke masyarakat melalui pentas.
Sebelum pandemi, Perempuan Menari memiliki sesi latihan mingguan. Dalam sesi yang berlangsung selama lima jam tersebut, peserta boleh memilih jenis tarian yang ingin mereka pelajari.
Selama pandemi, latihan mingguan masih tetap diadakan hanya mekanismenya saja yang berubah. Jika dulu latihan dilakukan secara beramai-ramai, maka kini latihan dibagi menjadi dua kelompok.
Hasil latihan tersebut kemudian mereka tampilkan dalam sebuah pentas. Beberapa kali mereka tampil dalam pentas mini yang diselenggarakan oleh perusahaan, institusi, perusahaan, atau organisasi.
Dalam skala yang lebih besar, komunitas Perempuan Menari rutin menyelenggarakan pentas tahunan. Misalnya, mereka pernah mengadakan pertunjukan bertajuk “Seloka Swarnadipa” yang bertempat di Galeri Indonesia Kaya.
Dalam pentas tersebut, mereka membawakan tarian dan nyanyian budaya Melayu. Pertunjukan diawali dengan tarian Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan. Tarian yang melambangkan kegembiraan para perempuan saat menerima kunjungan tamu agung.
Pertunjukan dilanjutkan dengan penampilan berbagai tarian budaya Melayu lainnya. Ada tari Tortor Tandok (Sumatera Utara), Senandung Kipas (Riau), Indang (Sumatera Barat), Mak Inang Pulau Kampai, dan Cik Minah Sayang (Sumatera Utara).
Tak hanya tarian, dalam pertunjukan tersebut Perempuan Menari juga melantunkan nyanyian Bungong Jeumpa asal Aceh dan membacakan puisi berjudul Kau Tau. Penampilan mereka begitu memukau dengan iringan berbagai alat musik tradisional.
Akhir tahun lalu, komunitas Perempuan Menari mengadakan pentas tahunan secara virtual untuk pertama kalinya. Pertunjukan bertajuk “Genderang Swargabhumi” tersebut diisi oleh 50 penari.
Dalam pertunjukan kali ini, mereka menampilkan 12 tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Dilansir dari tempo.co pada Selasa (29/12/2020), beberapa tarian itu diantaranya tari Lesung (Betawi), Merak (Jawa Barat), Tifa (NTT), Saureka-reka (Maluku), Dadas (Kalimantan Tengah), Jejer (Banyuwangi), Pa’gellu (Tana Toraja), Indang dan Piring (Sumatera Barat), dan Payung (Melayu).
Selain itu, mereka juga menampilkan dua tari kreasi, yaitu Tari Dayang dengan nuansa Jawa Tengah dan Tari Rampak Genderang Swarga dimana para penarinya juga memainkan alat musik tabuh.
Walaupun dilaksanakan secara virtual, pertunjukan tersebut tetap diminati banyak penonton. Dalam waktu kurang dari 1×24 jam, pentas yang diunggah di kanal YouTube Komunitas Perempuan Menari tersebut berhasil diakses lebih dari 4 ribu penonton.
Pentas tersebut telah membuktikan bahwa semangat Perempuan Menari untuk melestarikan tarian daerah tak pernah surut meskipun ada pandemi sekalipun. Mari kita tunggu gerakan mereka selanjutnya.(*)