Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana
Jakarta, Porosinformatif | Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia hingga 29 Juli 2021 mengalami lonjakan yang signifikan. Kasus baru itu tersebar pada 34 provinsi dengan total pasien 3.239.936 orang di Tanah Air.
Dari data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan tertinggi ada di Jawa Barat sebanyak 8.589 kasus. Kemudian, disusul Jawa Timur dengan 6.337 kasus dan Jawa Tengah dengan 5.187 kasus.
Sementara itu, secara kumulatif, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah 47.128 orang, sehingga jumlahnya menjadi 2.596.820 orang.
Kemudian, ada penambahan 2.069 kasus kematian akibat Covid-19. Dengan demikian, pasien Covid-19 meninggal dunia jadi 86.835 orang.
Hingga hari ini, pemerintah telah memeriksa 25.245.491 spesimen Covid-19 dari 17.189.001 orang. Kasus Covid-19 telah menyebar di 510 kabupaten/kota di 34 provinsi. Untuk DKI Jakarta, terdapat 3.567 kasus baru Covid-19.
Menurut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, penanganan Covid-19 di Ibu Kota mulai membaik. Meski demikian, banyak Pasien yang terpapar virus Corona ini melakukan isolasi mandiri atau isoman.
“Kalau kita perhatikan data-datanya, kita menyaksikan bahwa masih ada lebih dari 29 ribu orang di Jakarta yang menjalani isolasi mandiri,” kata Anies.
Anies juga menyatakan bahwa masih ada 8.600 warga positif Covid-19 dirawat di RS. Lalu, sebanyak 1.400 orang masih mendapatkan perawatan di ruang ICU.
“Masih ada 3.900 yang berada di Wisma Atlet dan mereka semua membutuhkan perawatan, membutuhkan fasilitas,” ungkap Anies.
Masih Tinggi di Pulau Jawa
Meningkatnya kasus Covid-19 di sejumlah daerah menurut Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menyebutkan masih ada peningkatan di beberapa wilayah di luar Pulau Jawa.
“Memang kalau kita lihat turunnya kasus ini bukan hanya di Jakarta, kami dapat laporan turunnya kasus ini juga ada di wilayah di Semarang, Kudus, Pati, Rembang turun,” kata Adib dalam konferensi pers virtual yang dipantau dari Jakarta, Selasa, 27 Juli 2021 lalu.
Lebih lanjut, Adib memberi contoh bagaimana tingkat ketersediaan tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di Semarang mengalami penurunan yang sempat terisi 92 persen.
Namun, kini berada di kisaran 66 persen sementara di Jakarta, BOR menjadi 76 persen dengan BOR ICU menjadi 85 persen.
Selain itu, IDI juga mendapatkan laporan penurunan BOR di Bekasi dan Tangerang, meski masih ada daerah yang mengalami peningkatan, seperti di Yogyakarta dan Surakarta.
“Sudah melangkah pada peningkatan kasus di luar Jawa, seperti Jambi, Palembang (di Sumatera Selatan) kemudian Kalimantan Selatan kemudian Kendari. Daerah Itu sekarang juga sudah ada peningkatan kasus beberapa yang sudah dilaporkan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan beberapa alasan mengapa angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tinggi di saat tingkat keterisian rumah sakit (BOR) menurun.
Nadia menilai, menurutnya BOR bukan berarti pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan juga menurun. Hal itu bisa terjadi karena kemungkinan banyak pasien Covid-19 yang meninggal di luar rumah sakit. Mereka, kata Nadia, tidak ke RS karena beberapa faktor.
“Karena masih banyak penderita positif yang terlambat mengakses layanan RS, dan masih banyak yang isoman tetapi tidak mau dirujuk ke isolasi yang terpusat,” kata Nadia.
Selain itu, tingginya kematian juga dipengaruhi oleh adanya mutasi virus covid-19 yang dianggap lebih berbahaya, yakni varian Delta.
“Kita tahu pola varian Delta meningkatkan keparahan gejala klinis,” ucap Nadia.
Nadia juga menepis adanya kemungkinan tingginya kematian karena fasilitas kesehatan kurang. Sebab, kata dia, jika BOR turun maka artinya fasilitas cukup.
“Saat ini BOR turun artinya ketersediaan sarana mencukupi,” ujarnya.
Harus Antisipasi
Dengan angka yang tinggi, seharusnya pemerintah bisa mengantisipasi kasus lonjakan Covid-19. Hal itulah yang dikatakan oleh Ketua DPR Puan Maharani.
“Jawa saja yang fasilitas kesehatannya sudah relatif merata kuantitas dan kualitasnya serta jumlah tenaga kesehatan cukup banyak kerepotan, bagaimana dengan luar Jawa jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 gelombang kedua,” kata Puan.
Puan mengimbau agar pemerintah pusat segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
Apalagi, Satgas Penanganan Covid-19 telah mencatat terjadi peningkatan kasus Covid-19 di kawasan non Jawa-Bali sebanyak 24,7 persen dari total kasus nasional.
Menurut Puan, saat ini semua pihak dapat menyaksikan bagaimana dampak meledaknya gelombang kedua Covid-19 di sejumlah daerah di Pulau Jawa.
“Pasien Covid-19 banyak yang harus mengantre untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat-pusat kesehatan. Keluarga pasien mengalami kesulitan untuk mengakses obat dan oksigen medis. Jangan sampai kondisi ini merembet ke luar Jawa-Bali,” kata dia.(*)