Varian Delta Plus Masuk Indonesia, Warga Diminta Tenang dan Tetap Waspada

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana

Jakarta, Porosinformatif | Lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa dan Bali mulai menunjukkan tren penurunan. Meski demikian, beberapa daerah lainnya justru mengalami peningkatan. Apalagi, belum lama ini terdeteksi varian Delta Plus atau AY.1 di Jambi dan Sulawesi Barat.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, terdapat 3 kasus Covid-19 akibat varian Delta Plus, yakni 2 kasus di Jambi dan 1 kasus di Sulbar.

Dia menyatakan bahwa kasus tersebut ditemukan pada bulan Juli karena sampel yang diperiksa tersebut diambil pada bulan sebelumnya. Saat ini, Nadia melaporkan pasien yang terpapar varian Delta Plus tersebut sudah sembuh.

Pernyataan tersebut sejalan dengan laporan Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Jambi Nirwan Satria. Dalam acara Tim Mitigasi IDI kemarin dia mengatakan bahwa Covid-19 varian Delta Plus telah tiba di Tanah Air.

Nirwan mengaku kaget bahwa varian Delta Plus itu munculnya di Jambi. Pada 18 Juli 2021, dalam satu hari kasus positif Corona meningkat seketika menjadi 442 kasus.

Angka tersebut berada di atas rata-rata harian Jambi yang sebelumnya selalu di bawah 100 kasus. Berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGC), ternyata ditemukan varian Delta Plus di wilayahnya

Namun begitu, hingga kini para ahli belum bisa menarik kesimpulan yang terlalu dalam terkait tingkat penularan maupun bahaya kesehatan dari varian ini.

Satu-satunya perbedaan dengan varian Delta yang sudah diketahui adalah mutasi tambahan, K417N, pada protein lonjakan virus, yakni protein yang memungkinkannya menginfeksi sel-sel sehat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian tersebut saat ini belum umum dan hanya menyumbang sebagian kecil dari urutan Delta. Yang menjadi perhatian, masih tetap Delta dan varian sebelumnya karena telah menunjukkan peningkatan penularan.

Sementara itu Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Subandrio menyatakan bahwa varian Delta plus tak jauh berbeda dengan varian Delta yang pertama kali muncul di India.

Di Indonesia sendiri, dia belum menemukan data yang menunjukkan varian tersebut lebih mematikan. Untuk sementara, dia berpendapat bahwa Delta Plus cenderung lebih menular, bila dilihat dari peningkatan kasus yang terjadi.

Sedangkan untuk gejalanya, menurut Amin, hampir sama dengan varian lainnya. Yang membedakan mungkin hanya kemunculan gejala diare. Itu pun terjadi kadang-kadang saja, tidak sampai terus menerus.

Pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto menambahkan tak bisa memprediksi sejauh apa kondisi yang dialami pasien saat terpapar varian Delta Plus ini.

Oleh karena itu, dia mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga kondisi tubuh dan waspada agar tidak terpapar Covid-19, termasuk corona varian Delta Plus. Menurutnya yang terpenting adalah pencegahan, disiplin, serta ketegasan agar kasus Corona bisa menurun.

Patriot PPKM

Kebijakan PPKM Darurat diperpanjang seiring dengan angka kasus Covid-19 yang masih tinggi. Apalagi, jumlah kematian justru meningkat hingga memecahkan rekor.

Hal ini menjadi indikator bahwa Indonesia masih belum dapat melepaskan diri sebagai episentrum Covid-19. Masyarakat pun diharapkan tetap waspada.

Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani telah mengimbau agar prokes terus dijalankan tanpa kendur oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di wilayah PPKM Darurat. Dia mengajak warga untuk tampil sebagai patriot PPKM yang selalu disiplin menerapkan prokes dan gaya hidup sehat.

Pasalnya, tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menjaga jarak mengalami penurunan dalam satu minggu terakhir. Padahal kasus baru Covid-19 masih tinggi dan belum menyentuh angka aman.

Pada 11-17 Juli 2021, kepatuhan menggunakan masker 74,01% dan turun menjadi 72,71% pada 18-24 Juli 2021. Adapun kepatuhan dalam menjaga jarak turun dari 72,18% menjadi 71,81% pada periode waktu sama.

Tak hanya itu, eks Menko PMK itu juga meminta pemerintah memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 di daerah. Menurut dia, vaksinasi tidak boleh terhenti demi mengejar target kekebalan kelompok atau herd immunity.

Meski demikian, Perintah Presiden Joko Widodo agar pemerintah daerah cepat menghabiskan stok vaksin, menurut Puan, harus diimbangi dengan pengadaan vaksin yang juga cepat oleh pemerintah pusat.

Dia pun berharap pemerintah terus mengupayakan segala cara untuk mendatangkan vaksin, sehingga vaksinasi tidak terhenti akibat vaksin tidak tersedia.(*)