Deflasi Kembali Warnai Kondisi Perekonomian Bali pada Bulan Juli 2021

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Totok Waluyo

Denpasar, Porosinformatif | Provinsi Bali kembali mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm), meski tidak sedalam bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,38% (mtm). Deflasi ini tercatat sebagai deflasi ke-4 di 7 bulan pertama 2021.

Kepala Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho lebih lanjut menyampaikan, secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,07% (mtm) sementara Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm).

Pihaknya menyebutkan, turunnya tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation, sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat meningkat.

“Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 0,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,58% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,52% (yoy),” ujarnya, Selasa (3/8/2021).

Kelompok barang core inflation mencatat deflasi sebesar 0,12% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga canang sari dan emas perhiasan, katanya menambahkan.

Menurutnya, penurunan harga canang sari disebabkan normalisasi harga seiring dengan berakhirnya upacara adat dan keagamaan sepanjang bulan Juni 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali.

“Sedangkan penurunan harga emas perhiasan mengikuti penurunan harga emas dunia,” urainya.

Beberapa harga kebutuhan pokok lainnya (seperti buku pelajaran, popok bayi, dan perlengkapan pemeliharaan rutin rumah tangga) juga tercatat mengalami penurunan, seiring dengan penurunan permintaan ditengah melemahnya daya beli.

Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,1% (mtm) yang didorong oleh peningkatan harga rokok kretek filter, rokok dan tembakau, serta tarif kendaraan roda 2 online.

“Namun peningkatan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan penurunan harga angkutan udara ditengah minimnya aktivitas penerbangan ke Bali pada periode PPKM Darurat,” terang Trisno menjelaskan.

Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia, pada kelompok volatile food juga mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.

Disini terlihat adanya peningkatan harga terutama pada komoditas tomat, sawi putih, brokoli, dan cabai rawit.

Peningkatan harga komoditas sayur-sayuran disebabkan oleh penurunan produksi sebagai dampak faktor cuaca yang memasuki musim kemarau.

Seiring dengan itu, peningkatan harga cabai dan tomat juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas hortikultura secara nasional.

Bank Indonesia memperkirakan inflasi Bali terjadi sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil (di bawah 2%).

Meskipun demikian, ditegaskan oleh Trisno, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) TPID tetap terus didorong, terutama melalui Kerjasama Antar Daerah, digital farming, dan e-commerce.(*)