Salut, Emas Pertama dari 2 Perempuan Indonesia di Olimpiade Tokyo 2022

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana

Jakarta, Porosinformatif | Indonesia patut berbangga telah menjadi salah satu negara yang berhasil mendapatkan emas dalam cabang olahraga bulutangkis.

Torehan emas itu diperoleh oleh ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu setelah menumbangkan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dua gim langsung 21-19 dan 21-15.

Pasangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menang 2 set sekaligus dan mengukuhkan sebagai peraih emas dalam Olimpiade Tokyo 2020.

Partai final yang disiarkan langsung di televisi swasta ini, membuat sebagian masyarakat cemas. Pasalnya, atlet terbaik badminton Indonesia sudah banyak yang pulang tanpa medali.

Namun, harapan itu muncul setelah Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menang dan meraih emas dalam cabang olahraga bulutangkis.

Pertandingan berjalan sangat sengit bahkan pada set pertama pasangan Chen/Yi Fan mampu meraih poin terlebih dahulu.

Catatan manis itu membuat pasangan putri Indonesia ini menorehkan sejumlah rekor baru.

Dilansir dari berbagai sumber, pasangan ini menjadi ganda putri pertama Indonesia yang berhasil lolos ke babak final Olimpiade.
Sebelumnya, Greysia/Apriyani menciptakan sejarah baru sebagai ganda putri pertama Indonesia yang lolos ke semifinal Olimpiade.

Hal itu terjadi lantaran sejak digelar pertama kali Olimpiade Atlanta 1992, belum ada ganda putri Indonesia yang mampu melewati babak perempat final.

Tak hanya itu, pasangan Greysia/Apriyani menjadi ganda putri pertama Indonesia yang mampu merebut medali di Olimpiade.

Melihat dari sejarah, ganda putri Indonesia harus gagal pada partai perempat final sejak Olimpiade Atlanta 1992.

Memiliki usia tertua dan termuda saat meraih emas.

Perlu diketahui, Greysia Polii menyentuh umur 33 tahun 356 hari menjadi peraih medali emas tertua di ganda putri badminton Olimpiade.

Dan Apriyani Rahayu turut menjadi atlet termuda peraih emas di ganda putri Badminton dengan umur 23 tahun 3 bulan.

Apresiasi setinggi-tingginya

Torehan emas Olimpiade Tokyo 2020 menjadi sejarah bangsa Indonesia. Pasangan Greysia/Apriyani membuktikan bahwa bulutangkis Indonesia masih mendominasi di tingkat internasional.

Atas kemenangan Greysia/Apriyani beragam apresiasi ditunjukkan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satunya Presiden RI, Joko Widodo.

“Penantian emas itu berakhir sudah siang ini. Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dalam pertandingan yang alot dan mendebarkan,” tulis Presiden Jokowi via Instagram.

Tak lupa Jokowi mengucapkan terima kasih kepada pasangan tersebut.

“Kemenangan ini menjadi kado ulang tahun kemerdekaan Indonesia, dua pekan lagi. Selamat dan terima kasih Greysia/Apriyani!” Tulis Jokowi.

Selain itu, penyanyi bersuara merdu Raisa juga memberikan selamat atas kemenangan Greysia/Apriyani.

“Women. History makers. Heroes. Olympic Gold Medalist. Congratulations Greysia/Apriyani dadaku sesek saking bangganya dengar lagu Indonesia Raya berkumandang tadi. Proud,” tulis Raisa dalam Instagram.

Kebanggaan juga menyelimuti Ketua DPR RI Puan Maharani, ia mengucapkan “Selamat kepada @greyspolii dan @r.apriyanig yang telah memberikan medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 melalui cabang olahraga Bulu Tangkis Ganda Putri,” pada akun Instagram miliknya.

Puan juga berterima kasih atas kerja keras dari pasangan tersebut.

“Terima kasih telah berjuang sekuat tenaga dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Terima kasih telah menjadi sosok perempuan tangguh yang mengukir sejarah khususnya pada olahraga Bulu Tangkis dan medali ini sebagai kado ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, kami bangga!,” tulis Puan.

Sebelumnya, Indonesia sudah beberapa kali menorehkan emas cabor bulutangkis sejak 1994 di Barcelona. Kala itu Susy Susanti dan Alan Budikusuma menyumbang emas lewat nomor tunggal putri dan tunggal putra. Pada Atlanta 1996, medali emas diraih ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky.

Pada Olimpiade di Sydney, ganda putra kembali meraih emas, kali ini giliran Candra Wijaya/Tony Gunawan. Di Athena 2004, Taufik Hidayat memperpanjang sejarah emas tersebut.

Markis Kido/Hendra Setiawan selanjutnya sukses meraih emas di Olimpiade Beijing 2008. Sedangkan di Rio de Janeiro 2016, tradisi emas dipertahankan Owi/Butet, menebus kekalahan di London 2012.(*)