Editor: Totok Waluyo| Reportase: Rizka Septiana
Jakarta, Porosinformatif | Sekolah Tatap Muka Terbatas bakal digelar beberapa minggu lagi. Pelaksanaan itu dilihat dari daerah yang kategori level 2 dan 3 Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengimbau daerah PPKM level 3, level 2 dan level 1 melakukan sekolah tatap muka terbatas. Aktivitas ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Komisi X sudah tahu betul bahwa saya dan tim Kemendikbudristek dari tahun kemarin posisinya sudah jelas secepat dan seaman mungkin semua anak balik ke sekolah. Namun yang terjadi pada saat sudah 30 persen anak-anak mulai tatap muka tiba-tiba Delta Varian memukul Indonesia,” ujar Nadiem,
Pada saat itu terjadi, lanjut ia menjadi bagian terburuk Kemendikbudristek. Itu lantaran sudah berjuang keras mendorong sekolah di pelosok untuk buka namun terpaksa ditutup kembali akibat varian delta.
“Sekarang perjuangan kita serius dan jelas setiap kali diskusi dengan Kementerian lain posisi kami adalah secepat dan seaman mungkin karena ini sudah terlalu lama. Kita harus melihat sisi kognitif learning loss anak kita sudah terlalu kritis dan harus secepat mungkin dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat,” ucap Nadiem.
Ketentuan belajar tatap muka bakal dilaksanakan dengan kapasitas maksimal 50% dan bisa dilakukan selama 2 jam dalam sehari dan berlangsung dua kali dalam seminggu.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana membuka sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Senin 30 Agustus. Langkah itu diambil menyusul penanganan Covid-19 di Jakarta turun menjadi PPKM Level 3.
Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taga Radja Gah mengatakan belajar tatap muka terbatas akan dilakukan di sekolah yang sebelumnya sudah menggelar uji coba beberapa bulan lalu.
“Untuk (sekolah) tatap muka DKI rencananya hasil rapat, tanggal 30 Agustus sudah mulai untuk meneruskan sekolah yang sempat melaksanakan PTM sebelum badai covid itu,” kata Taga saat dikonfirmasi, Rabu (25/8).
Taga menyebut sekitar 610 sekolah yang akan melaksanakan belajar tatap muka terbatas, mulai dari jenjang SD hingga SMK.
“Kan itu ada tiga gelombang (uji coba), ada bulan April 85 sekolah, Juni 138 sekolah, awal Agustus sudah disiapkan 372 sekolah, itu total ada 595. Ditambah lagi 15 sekolah madrasah yang sudah dinyatakan lulus pelatihan dan asesmen. Jadi totalnya ada 610 sekolah,” katanya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (Ariza) mengaku belum bisa memutuskan karena dalam tahapan pengkajian
“Kita masih lihat, kita mempelajari, kita belum putuskan masih kita diskusikan. Tunggu saja waktu yang tepat,” kata Ariza di Jakarta, Rabu (25/8/2021).
Ariza melanjutkan, sekolah Tatap Muka bisa diselenggarakan apabila para pendidik dan siswa telah divaksin.
“Kita pastikan seluruh tenaga pendidik, guru semua sampai karyawan siswa semua selesai divaksin ya,” tutupnya.
“Setelah yang mulai Senin nanti, diberikan kesempatan kepada PAUD dan TK. Karena SKB 4 menteri mensyaratkan boleh PAUD. Cuma kalau untuk PAUD, yang sudah divaksin orang tua atau orang terdekatnya,” tuturnya.
Di sisi lain, Taga memastikan, pihaknya sudah rampung memvaksin sekitar 90 persen tenaga pendidik di Ibu Kota. Harapannya, capaian vaksinasi itu dapat memotong laju penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
Tetap harus hati-hati
Menanggapi hal itu, Ketua DPR Puan Maharani mengatakan pelaksanaan kebijakan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi COVID-19 yang rencananya dimulai Juli 2021, harus dilakukan dengan hati-hati.
Karena itu, Puan meminta Pemerintah dan seluruh pihak terkait memenuhi sejumlah persyaratan sebelum memulai pembelajaran tatap muka di sekolah.
Rencana akan dimulai kembali pembelajaran tatap muka di sekolah tentu harus didukung, tapi harus hati-hati, dan penuhi semua syarat-syarat pencegahan penularan COVID-19,” kata Puan.
Dia mengatakan, pembelajaran tatap muka di sekolah pada masa pandemi, baru dapat dilakukan setelah rasio positif COVID-19 berada di bawah lima persen dan angka kematian menurun. Selain itu, menurut dia, guru dan orang tua murid juga sudah divaksinasi.
Dia juga meminta sistem tes dan lacak COVID-19 juga harus diperbaiki pemerintah daerah, satgas penanggulangan COVID-19, dan para pihak terkait.
“Para guru dan tenaga pendidik juga harus dipastikan negatif COVID-19 berdasarkan hasil tes PCR. Sistem tes dan lacak harus diperbaiki, apabila ada kasus harus dilacak hingga kontak ke-30,” ujarnya.(*)