Editor: Totok Waluyo | Reportase: Rizka Septiana
Jakarta, Porosinformatif | Kisah cinta yang mengharukan dalam film The Notebook antara Noah (diperankan Ryan Gosling) dan Allie (diperankan Rachel McAdams), mungkin bisa memberi kita sekelumit gambaran tentang bahaya penyakit Alzheimer.
Perjuangan cinta antara Allie si kaya dan Noah si pemuda desa yang miskin memang jadi daya tarik utama film tersebut. Tetapi di akhir kisah mereka, diperlihatkan ternyata Allie mengidap penyakit Alzheimer.
Ya, penyakit itu telah merontokkan ingatan Allie. Noah di masa tua pun terus menceritakan kisah cinta mereka, dengan harapan Allie bisa mengingat lagi masa-masa manis mereka berdua.
Namun pada kenyataannya, penyakit Alzheimer tak selalu membawa akhir kisah bahagia atau happy ending kepada orang yang mengidapnya. Saking berbahayanya penyakit ini, setiap tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia.
Peringatan tersebut bertujuan untuk mengampanyekan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, terhadap penyakit yang menyerang otak ini.
Namun apa sebenarnya penyakit Alzheimer itu?
Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang memperburuk memori dan kemampuan kognitif. Menurut Dokter Spesialis Saraf di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Silvia Francina Lumempouw, Alzheimer merupakan penyakit otak progresif yang mengakibatkan gejala penurunan daya ingat atau demensia.
Alzheimer, lanjut Silvia, mulai merusak sel otak bahkan sebelum gejala penurunan daya ingat muncul. Awalnya hanya penurunan ringan daya ingat dan domain kognitif lainnya yang ringan. Kondisi ini disebut Mild Cognitive Impairment.
Dia memaparkan, Alzheimer adalah penyakit otak degeneratif yang disebabkan oleh perubahan sel otak yang kompleks setelah terjadi kerusakan sel. Gejala awal Alzheimer yang paling umum adalah kesulitan mengingat informasi baru.
Kondisi itu berangsur-angsur semakin berat. Misalnya, seseorang menanyakan hal yang sama berulang-ulang, tidak tahu jalan pulang ke rumah, dan kondisi lain yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menurut Silvia, mereka tidak bisa melakukan aktivitas sederhana yang biasa dilakukan, seperti tidak bisa berbelanja, tidak mampu menghitung lagi, tidak bisa mandi dan berpakaian sendiri, tidak mampu bepergian sendiri, tidak mampu memasak lagi dan lain-lain.
Fungsi kognitif yang bisa dilihat untuk deteksi dini yakni orientasi waktu dan tempat, fungsi bahasa, memori baru, fungsi eksekutif, hingga fungsi visuospasial. Meski demikian, Silvia menjelaskan bahwa demensia dan Alzheimer adalah dua hal yang berbeda.
Demensia merupakan istilah medis yang membuat pengidapnya mengalami penurunan daya ingat dan berpikir. Pada orang awam, demensia disebut juga dengan pikun.
Silvia menyebutkan terdapat banyak hal bisa menyebabkan seseorang mengalami demensia. Contohnya, stroke yang berulang atau dikenal dengan istilah demensia vaskuler, infeksi otak, cedera kepala berat hingga kekurangan vitamin B12.
Namun begitu demensia juga bisa terjadi karena seseorang mengidap Alzheimer. Dikutip dari laman resmi Alzheimer’s Association, penyakit Alzheimer menyumbang 60% sampai 80% kasus demensia.
Deteksi Dini
Sampai hari ini, obat untuk menyembuhkan Alzheimer belum ditemukan. Terdapat beberapa jenis obat yang bisa memperlambat progres penyakit ini, tetapi belum bisa sampai menyembuhkan total.
Oleh karena itu, deteksi dini menjadi sangat penting. Pada tahun 2021 ini, Perayaan World Alzheimer’s Month 2021 pun mengusung tema “Kenali Alzheimer: Pentingnya Deteksi Dini”.
Kampanye tersebut menyoroti tanda-tanda peringatan demensia, mendorong orang untuk mencari informasi, saran dan dukungan, serta pentingnya diagnosis tepat waktu.
Dengan mencari informasi, saran dan dukungan, dan kemungkinan diagnosis, orang akan lebih mampu mempersiapkan, merencanakan dan beradaptasi.
Perlu diketahui, orang dengan penyakit Alzheimer juga memiliki kekurangan beberapa bahan kimia penting dalam otak mereka. Bahan kimia ini terlibat dengan pengiriman pesan dalam otak.
Alzheimer adalah penyakit progresif, bertahap dari waktu ke waktu dan menyebabkan lebih banyak bagian otak yang rusak. Karenanya, gejala yang muncul menjadi lebih parah.
Meskipun demensia dan Alzheimer belum memiliki obat, terdapat sejumlah obat yang bisa diberikan pada penderita yang berguna untuk menggantikan transmitter acetylcholine yang sudah jauh berkurang. Meski tidak menyembuhkan, ini berguna agar penurunan kognitif tidak progresif.
Perawatan yang tepat juga sangat penting diketahui oleh keluarga yang memiliki anggota dengan penyakit Alzheimer dan demensia. Silvia menyarankan, pihak keluarga harus memikirkan untuk menyediakan pengasuh dan perawat untuk menjaga orang yang terkena demensia.
Tentunya pengasuh atau perawat tersebut jangan hanya satu orang saja. Pasalnya, menurut Silvia, merawat orang yang terkena Alzheimer termasuk sangat melelahkan dan bisa menimbulkan stres.(*)