Editor: Totok Waluyo | Reportase: Totok Waluyo
Denpasar, Porosinformatif | Provinsi Bali mencatat inflasi sebesar 0,10% (mtm), relatif stabil dibanding bulan sebelumnya yang juga mencatatkan inflasi sebesar 0,10% (mtm).
Secara spasial, inflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,19% (mtm), sementara Kota Singaraja mengalami deflasi sebesar -0,45% (mtm).
Kepala KPwBI Bali, Trisno Nugroho, menyampaikan, peningkatan tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation, sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat menurun.
“Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 1,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,19% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,60% (yoy),” ujar Trisno saat ditemui selepas capacity building kemarin.
“Kelompok barang core inflation mencatat inflasi sebesar 0,35% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya harga canang sari,” imbuhnya.
Peningkatan harga canang sari seiring dengan meningkatnya frekuensi upacara keagamaan sepanjang September 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali.
Beberapa harga kebutuhan pokok lainnya (seperti pipa dan baju kaos berkerah) juga tercatat mengalami peningkatan harga.
Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia, secara tahunan core inflation September 2021 tercatat sebesar 0,78% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,65% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas canang sari.
Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar 0,10% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada harga angkutan udara seiring dengan minimnya aktivitas penerbangan ke Bali selama periode PPKM di bulan September 2021.
“Adapun kelompok administered prices, secara tahunan juga mengalami inflasi sebesar 0,08% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,12% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas rokok kretek filter,” terang Trisno.
Kelompok barang volatile food juga mengalami deflasi sebesar 0,78% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, bawang merah, tomat, dan beras seiring dengan terjaganya pasokan yang didukung oleh panen di berbagai daerah sentra produksi.
“Kelompok volatile food ini, secara year-on-year mengalami inflasi sebesar 5,87% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 5,18% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas daging ayam ras, minyak goreng, daging babi dan ikan tongkol diawetkan,” jelas Trisno sembari tersenyum.
Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil. Meskipun demikian, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap terus didorong, terutama melalui digitalisasi UMKM pangan, Kerjasama Antar Daerah, digital farming, dan e-commerce.(*)