Wali Kota Batu buka Pameran Kain Batik jelang HUT Kota Batu ke-20

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Buang Supeno

Batu, Porosinformatif | Mengawali rangkaian HUT ke-20 Kota Batu yang sekaligus memperingati Hari Batik Nasional, Wali Kota Batu buka pagelaran yang bertajuk “Pameran Kriya Kain Kota Batu” bertempat di Graha Pancasila Balai Kota Among Tani, Sabtu (2/10/2021).

Even yang akan digelar pada tanggal 2-7 Oktober, diikuti para perajin batik dan pelaku UMKM di Kota Batu ini, juga diramaikan dengan lomba desain batik, fashion show, workshop dan pelatihan untuk umum serta pelaku usaha kerajinan di Kota Batu.

Salah satu gerai dalam Pameran Kriya Kain Kota Batu

“Batik dan kesenian Kota Batu memiliki potensi luar biasa. Mudah-mudahan dengan diadakannya pameran seperti ini, bisa membuat semangat untuk berkreasi dan berinovasi, yang pada akhirnya Kota Batu dikenal sebagai kota Batik pelengkap kota wisata,” tandas Dewanti.

Dirinya berharap, dengan terus melakukan inovasi, maka perajin batik Kota Batu mampu berkiprah hingga ke mancanegara.

Alasan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional

Hari Batik Nasional dirayakan setiap 2 Oktober. Bukan tanpa alasan Hari Batik dirayakan tiap tahunnya pada tanggal tersebut.

Dalam sejarahnya, pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.

Penetapan ini sekaligus menjadi pengakuan bahwa batik merupakan budaya asli Indonesia.

Pengakuan dunia Internasional ini datang setelah melalui perjalanan panjang. Indonesia mendaftarkan batik ke UNESCO pada 4 September 2008. Sejumlah dokumen sejarah pun dilengkapi.

Batik dari Indonesia bersaing dengan sejumlah warisan budaya takbenda dari negara lain.

Setelah melewati beberapa rangkaian seleksi, UNESCO pun mengukuhkan batik sebagai warisan budaya takbenda dalam sidang ke-4 di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009.

UNESCO menilai teknik, simbol, dan budaya batik melekat dengan kebudayaan Indonesia.
Kabar ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia.

Pemerintah pun menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tahun.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 yang menetapkan Hari Batik Nasional. Keputusan ini ditetapkan pada 17 November 2009.

Hari Batik Nasional diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan batik. Melalui sejumlah surat imbauan, pemerintah juga mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenakan batik pada Hari Batik Nasional.

Batik Bantengan Khas Batu

Kesenian Bantengan menjadi ciri khas warga Kota Batu. Sehingga lahirnya Batik Bantengan mendapat perhatian dan kebanggaan warga kota Batu Batu.

Betapa tidak? Motif batik yang dicetuskan warga Desa Bumiaji, Kota Batu ini mampu menembus pangsa pasar hingga Internasional.

“Banteng merupakan kesenian rakyat asli dari Kota Batu. Maka dari itu saya bikinkan motifnya untuk batik,” kata Anjani, Owner Sanggar Batik Banteng saat ditemui di sela pameran.

Putri dari Pendekar Bantengan, Agus Tubrun, itu mengatakan, batik buatannya sudah melanglang buana seperti ke Negara Jerman, Taiwan, dan Hongkong.

Sementara di tingkat nasional Anjani menyebutkan batik bantengnya laris dengan pasar terbesarnya di DKI Jakarta.

Kecintaan pada kesenian bantengan yang diturunkan oleh ayahnya dialirkan pada dunia fashion. Anjani mengaku, dirinya sudah lama menyukai dunia fashion.

“Batik yang kami produksi adalah batik tulis dan cap,” ujarnya.

Satu kain batik memakan pengerjaan dari satu minggu hingga tiga bulan tergantung kerumitan motifnya.

Batik dengan motif banteng garapan Anjani ini merupakan inisiasi pertama kali dalam dunia fashion.

Kota Batu sudah memproduksi dua batik khas daerahnya, yaitu batik motif apel dan banteng. Namun, pada musim pandemi ini Anjani mengaku mengalami penurunan omzet besar-besaran.

“Ada pemasukan tapi untuk kebutuhan masih belum cukup. Kami siasati dengan cara pengurangan produksi, kalau ada pesanan baru semua dikerahkan,” paparnya.

Perempuan kelahiran Batu ini menyebutkan, sebelum pandemi omzetnya mencapai Rp40-50 juta per bulan. Kini turun hingga 80%.

Harga kerajinan dengan ciri khas motif bantengnya itu, berkisar dari Rp400 ribu sampai Rp12 juta untuk batik tulis dan batik cap dengan harga Rp150-300 ribu.

Dengan adanya pameran kain Batik dalam memperingati hari Batik Nasional dan Peringatan hari Ulang Tahun Kota Batu ini, diharapkan mampu mendongkrak produksinya serta peluang pasar baru.(*)