Lila Umami, Juara Masak Nasional Asal Probolinggo Wafat

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Buang Supeno

Probolinggo, Porosinformatif | Kabar duka dari dunia usaha catering di Jawa Timur. Lila Umami (59) sosok pengusaha yang gemar membantu sesama ini telah berpulang pada hari Rabu (13/10/2021).

“Dua pekan lalu bunda Lila memang mengeluh perutnya kembung. Dikira sakit perut biasa. Namun setalah dilihat dari foto rontgen, diketahui ada benjolan di rahimnya,” kata Hari Pramono, Ketua Komunitas Sahabat Laut.

Menurut keluarga terdekat, pada hari Selasa (12/10/2021) malam kondisi Lila memburuk dan segera dibawa ke RSU Wonolangan Probolinggo.

“Sebelumnya sempat memang dirujuk ke Rumah Sakit Lavalet di Kota Malang. Waktu itu hari Senin tanggal 4 Oktober pagi,” ujar salah satu keluarga kepada Porosinformatif.

Prosesi shalat jenazah oleh handai taulan, sahabat, dan tetangga

Gemar Infak

Wafatnya Bunda Lila Umami membuat duka keluarga dan banyak teman-temannya. Salah satunya Ketua Lazismu Jatim Zainul Muslimin.

Zainul mengatakan, Bunda Lila sangat mendukung gerakan dakwah al-Maun dengan memberikan santunan dan kemajuan dakwah.

Infaknya ke Lazismu dan Muhammadiyah sangat banyak.

“Saya sama Mas Dodok sekeluarga pernah bareng sowan beliau untuk belajar bagaimana mengelola katering. Rasanya tidak ada program-program kami yang tak di-support oleh beliau,” kata Zainul yang juga takziah ke rumahnya.

Terakhir kali bertemu, sambung Zainul, Bunda Lila menyerahkan sertifikat tanah Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kabupaten Probolinggo.

Tanah untuk GDM dijual ke Muhammadiyah. Kekurangan pembayaran masih banyak dari harga yang telah disepakati.

“Bu Lila bilang wis dianggep lunas,” cerita Zainul Muslimin.

Lazismu Kabupaten Probolinggo beberapa kali menerima infak dari Bunda Lila. Seperti mobil Innova baru dan mobil ambulans.

Almarhumah Lila Umami (hijab biru) saat memberikan bantuan mobil ke LAZISMU Probolinggo

Harta itu Dibawa Mati

Filosofi pengusaha perempuan ini di luar mainstream. Jika selama ini banyak yang bilang harta itu tidak dibawa mati, tapi Lila Umami justru berprinsip sebaliknya: harta itu dibawa mati.

“Kalau ada orang yang mengatakan ojo golek dunyo wae wong dunyo gak digowo mati (jangan cari harta saja karena itu tidak dibawa mati), itu salah besar,” ungkap Mashudi Suami bunda Lila, ketika sempat berbincang-bincang di kediamannya.

Menurut Lila, harta itu akan dibawa sampai mati bila digunakan di jalan yang benar.
Dengan menganut filosofi seperti itu, Lila berjuang bagaimana agar dia bisa sukses menjadi orang kaya yang bermanfaat bagi orang lain, melalui kerja keras dan modal kepercayaan.

Sekilas Profil Lila Umami

Lila Umami yang lahir 59 tahun lalu, merupakan ibu rumah tangga yang bersahaja. Berawal dari menjadi buruh masak di sebuah perusahaan di Kecamatan Pajarakan tahun 1990-1995 dan sang suami adalah pegawai pabrik gula.

Dari keterampilan memasak inilah, Bunda Lila sapaan akrabnya lantas membuka warung memenuhi pesanan masakan.

Usahanya berkembang setelah pesanan makin banyak mencapai ratusan pelanggan dengan dibantu karyawan yang masih sepuluh orang.

Akhir tahun 2000, mendirikan Lila Catering dengan peralatan untuk 500 porsi. Usaha ini berkembang terus hingga sekarang bisa melayani 10.000 porsi tiap pesanan.

Sang suami menyebut istrinya termasuk pejuang dan berkemauan keras dalam mengembangkan usahanya, diceritakan bagaimana lika-liku perjuangan mendirikan perusahaan katering: dari awalnya melayani 10 rantang hingga 10 ribu orang.

Dari mulai usaha pada tahun 1987 saat dia pindah ke Probolinggo tepatnya di Desa Sokokerto.

Awalnya hanya memasakkan untuk beberapa orang dengan harga Rp 3.000 per porsi. Setelah itu terus berkembang. Akhirnya bisa mendirikan warung sampai tiga tempat.

Membuka warung ini dengan tujuan meng-efisienkan proses bisnis. Hal ini bertujuan agar para pelanggan bisa langsung ke warung tidak perlu memesan lagi.

Pada tanggal 08 November 2011, merupakan awal kebangkitan dan pintu gerbang Lila Umami untuk “Go Internasional“.

Betapa tidak. Seorang juru masak kampung yang menjadi Duta Provinsi Jawa Timur, di even Internasional sebagai rangkaian ASEAN Fair untuk pembukaan KTT ASEAN +3 (Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok ).

Lila Umami hanya percaya diri atas kemampuanya dalam lomba masakan dan minuman daerah tingkat nasional di Nusa Dua, Bali, awal November lalu.

Lila tak berani berharap muluk. Bagi dia, menjadi juara harapan saja sudah luar biasa. Maklum, sebagai pengusaha katering kelas rumahan, di lomba tersebut dia harus berhadapan dengan wakil 18 provinsi yang rata-rata berasal dari rumah makan besar atau hotel mewah.

Namun, sama sekali tak terbayangkan oleh perempuan yang memulai usaha katering pada 1987 itu terjadi: Lila Catering terpilih sebagai juara pertama.

Semua juri juga kaget kalau yang menang ternyata katering rumahan. Lila yang berhak atas hadiah uang pembinaan Rp 10 juta dari Kementerian Perdagangan plus piagam atas prestasinya itu.

Keberhasilan di Bali tersebut memang benar-benar datang dari bawah, dari sebuah kerja keras yang keras dalam menciptakan kreasi baru dalam menu.

Rahasia menjadi juara sebenarnya cukup sederhana. Selama meniti karir di dunia kuliner, dia sangat antivetsin.

Kalau ingin masakan gurih, harus rela menggerus rempah-rempah untuk menajamkan rasa.

Itulah kenapa, begitu masakannya dicecap lidah para juri, rasa yang keluar adalah rasa asli. Di antara beberapa peserta lain, ada yang menggunakan jalan pintas dengan membubuhkan vetsin pada masakan. Namun, lidah para juri tidak bisa ditipu.

Rahasia lain kemenangan Lila adalah bahan-bahan yang segar. Dia tidak mau saat hari H penilaian, semua masakan hanya dihangatkan karena dimasak pada hari sebelumnya.

Semua bahan-bahan masakan dibawa langsung dari Probolinggo. Mulai udang untuk bumbu-bumbu, rempah-rempah, hingga ikan hiu yang akan dijadikan opor.

Selamat Jalan Bunda Lila, semoga Allah SWT memberikan tempat atas segala amal dan ibadahmu semasih di dunia.(*)