Editor: Totok Waluyo | Reportase: Didik Harmadi
Pasuruan, Porosinformatif | Grand Mulia Sakinah menyelenggarakan workshop keaktoran sebagai rangkaian kegiatan rutin Kamis Budaya pada hari Kamis (18/11/2021).
Kamis Budaya merupakan upaya Grand Mulia Sakinah untuk terlibat aktif dalam pergerakan budaya. Apapun genre seni maupun workshop seni dapat dilaksananan di Grand Mulia Sakinah.
Hal ini dikatakan Indra selaku Pengelola Grand Mulia Sakinah kepada Porosinformatif disela acara.
Ia menambahkan, selain daripada itu, kegiatan ini juga merupakan wujud pemberian wadah ekspresi dan eksplorasi bagi seniman di masa pandemi.
“Oleh karena kegiatan Kamis Budaya adalah sebagai ruang bersama, maka kami membuka secara luas apapun jenis pertunjukannya,” jelas Indra.
Dirinya menjelaskan, Kamis Budaya telah dilakukan dan dilaksanakan selama dua tahun, tepatnya awal pandemi. Pada Saat itu para seniman kehilangan ruang ekspresi, yang berdampak besar pada para pelaku seni dan budaya.
“Situasi dan kondisi pada saat itu stagnan, pasif, dan menurunnya daya ekspresi para pelaku seni,” terangnya.
Maka Grand Mulia Sakinah terpanggil untuk memfasilitasi kegiatan kesenian. Dengan potensi yang dimiliki, luas area 2 hektar lebih dan berbagai fasilitas serta banyaknya ruang.
“Ruang literasi, stage pertunjukan, ruang seni, hall, dan lain-lain. Grand Mulia Sakinah terpanggil untuk ikut mengurai berbagai sekat, kendala, masalah bagi para seniman sekaligus menjadi ruang baru kegiatan kesenian,” ungkapnya.
Sementara di tempat yang sama, Wisam, Koordinator Workshop menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan karena membaca fenomena, para pelajar, mahasiswa serta masyarakat penggiat seni yang terhenti dua tahun. Selama dua tahun pandemi kegiatan pembelajaran, bekerja, bermigrasi ke ruang digital.
Ruang latihan, penciptaan karya serta pengkajian berdampak karena pembelajaran berbasis domisili, semua kegiatan dilaksanan art from home dan learning from home.
“Ruang interaksi dan komunikasi yang dimensional menjadi tersekat. Untuk itu memasuki masa pelonggaran perlu refresh agar terbentuk revitalisasi tiap komunitas seni. Maka perlu dilakukan kegiatan workshop keaktoran dan apresiasi,” jelasnya.
Menghadirkan Didik Meong, Dosen Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya yang sekaligus Seniman asal Malang sebagai pemateri.
“Kami hadirkan beliau, karena materinya fokus pada wilayah pembentukan kostruksi pemeranan serta teknik akting. Proyeksi materi itu untuk mencapai target capaian pertunjukan yang baik. Pertunjukan yang berdampak pada pemikiran dan kebudayaan,” imbuh Wisam.
Lasuwardi dari teater Cowboy-Malang menuturkan pesan dan kesannya selama sebagai peserta, secara internal kami melakukan pengkajian, training dan pengkaryaan. Secara eksternal salah satunya mendelegasikan para anggotanya untuk mengikuti workshop.
“Sehingga kualitas intelektual, skill, pengetahuan para anggota terus meningkat,” tutupnya.(*)