Canang Sari catatkan Inflasi di Bulan November 2021

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Totok Waluyo

Denpasar, Porosinformatif | Jelang hari raya Natal tahun 2021 dan Tahun Baru 2022, Canang Sari yang masuk dalam kelompok barang core inflation mencatatkan inflasi sebesar 0,54% mtm (1,52% yoy) di bulan November 2021.

Kepala Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho menyebut, peristiwa ini juga didasari adanya kegiatan-kegiatan upacara keagamaan sepanjang bulan November 2021 sejalan dengan pelaksanaan Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Galungan dan Kuningan.

“Jadi sudah sangat jelas, dasar canang sari mengalami peningkatan harga,” ujar Trisno saat ditemui di lobi KPw BI Bali, Kamis (2/12/2021).

Tidak hanya itu saja, Trisno lebih rinci menyampaikan, harga emas perhiasan juga tercatat mengalami peningkatan harga seiring dengan tren harga emas dunia yang meningkat.

Provinsi Bali, menurut Trisno juga mencatat inflasi sebesar 0,63% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar -0,19% (mtm).

“Secara spasial inflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,71% (mtm) dan 0,12% (mtm),” jelasnya.

Ditambahkannya, peningkatan tekanan harga terjadi pada seluruh kelompok, dengan tekanan tertinggi pada kelompok volatile food, yang diikuti oleh kelompok administered price dan core inflation.

“Meski demikian, data yoy menunjukkan, Bali mengalami inflasi lebih tinggi dari bulan sebelumnya, dari 1,45% (yoy) menjadi 1,87% (yoy),” tukasnya dengan senyum khasnya.

Trisno Nugroho penghobi bercocok tanam ini juga menyampaikan, angka inflasi Bali secara tahunannya tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang berada di angka 1,75% (yoy).

Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,58% mtm (1,72% yoy). Peningkatan tekanan harga terutama terjadi pada harga angkutan udara seiring dengan meningkatnya aktivitas penerbangan ke Bali sebagai dampak dari penurunan level PPKM sejak bulan Oktober 2021.

“Sedangkan pada kelompok barang volatile food juga mengalami inflasi sebesar 1,08% mtm (3,64% yoy). Peningkatan harga terutama terjadi pada komoditas minyak goreng seiring dengan tren kenaikan harga minyak sawit dunia sejak awal tahun,” sebut Trisno.

Berdasarkan data di atas, Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun 2021 cenderung rendah dan stabil.

“Meskipun demikian, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) melalui High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (HLM TPID) tetap terus didorong, terutama Kerjasama Antar Daerah (KAD), digital farming dan e-commerce,” tutupnya.(*)