Bisa Menghancurkan Bangsa, Gus Adhi: Jangan Masukkan Agama dalam Politik

Editor: Redaksi | Reportase: Totok Waluyo

Badung, Porosinformatif | Indonesia merupakan bangsa majemuk. Yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku, ras, budaya dan agama.

Penguatan Empat Pilar sebagai tonggak bangsa, merupakan upaya dalam mempertahankan keutuhan wilayah yaitu NKRI.

A. A. Bagus Adhi Mahendra Putra, Anggota DPR RI Dapil Bali Komisi II dalam acara Training of Trainer Empat Pilar MPR menegaskan, jangan masukkan agama dalam muatan politik.

Dikatakannya, hal inilah yang akan menghancurkan bangsa itu sendiri.

“Jadi jangan ada lagi pembicaraan suku, ras, agama dalam ajang politik,” ujarnya, Selasa (14/12/2021).

“Lah inilah penting bagi kami dari MPR memberikan pemahaman-pemahaman empat pilar ini, sehingga kita bisa tumbuhkembangkan duta-duta pembangunan nasional yang lebih baik,” imbuhnya.

Selain itu, dalam upaya tersebut, Gus Adhi juga menyebutkan tujuan yang tidak hanya memberikan edukasi terkait bentuk NKRI saja.

Namun bagaimana betul-betul mencintai negara, meskipun dengan berbagai banyaknya perbedaan atau keanekaragaman.

“Makanya dalam lagu Indonesia raya, kita bangun jiwanya dulu, biar bisa diisi sikap mental-mental empat pilar MPR yaitu Pancasila, UUD 1945, bhinneka tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandas Gus Adhi seraya menambahkan bahwa kembali kepada tujuan UUD 1945 semula adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Disinggung tentang implementasi empat pilar dalam sektor pertanian, Gus Adhi mengajak untuk melihat Negara Swiss.

“Mereka tidak punya pohon coklat, tapi mereka bisa menjadi pemroduksi coklat terbaik di seluruh dunia,” katanya.

“Sedangkan kita yang mempunyai puluhan ribu pohon coklat, tapi kita tidak bisa memproduksi coklat terbaik. Artinya apa? Artinya, sudah saatnya bangsa ini, melalui pemerintahan daerahnya memberikan perhatian yang lebih banyak kepada sektor pertanian,” terangnya.

Dirinya menyebut, perhatian yang tidak hanya dalam bentuk dana, melainkan perhatian dalam bentuk teknologi, dan perhatian dalam bentuk pendampingan.

“Sehingga dana yang diturunkan kepada masyarakat ini, bisa betul-betul memberikan dampak positif, bagaimana masyarakat itu bisa lebih sejahtera dan bisa menghasilkan produk unggulan bagi desanya, kecamatannya, kabupaten provinsi dan bagi negaranya,” tambahnya.

Oleh karenanya, dirinya mengajak segenap masyarakat untuk melaksanakan pembangunan yang sungguh-sungguh, sehingga Indonesia benar-benar bisa menjadi bangsa yang bermartabat dan berdaulat.

Disinggung terkait fakta impor akhir-akhir ini, ia menjawab keberpihakan anggaran sangat penting, namun kehadiran pemerintah lebih penting.

“Jadi kehadiran pemerintah dalam regulasinya itu sangat lebih penting,” tutupnya.(*)