Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Sendratasik Menggali Kearifan Lokal Jombang

Jombang, Porosinformatif| Jawa Timur merupakan wilayah yang terbagi menjadi banyak wilayah budaya.

Dari banyaknya wilayah budaya masih banyak kearifan lokal yang belum tergali dengan baik, padahal di dalamnya mengandung ajaran dan sejarah yang tersembunyi.

Tim pengabdian pada masyarakat Prodi Sendratasik kampus UNESA tertarik untuk menggalinya.

PKM yang disebut guna memperkenalkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam cerita babad sebuah wilayah ini dilaksanakan di Desa Banjarsari, Jombang, Jawa Timur.

Desa Banjarsari ini merupakan wilayah yang sangat menarik untuk diteropong nilai normatif dan budayanya yang terintegrasi dalam bentuk kesenian.

Di dalamnya merupakan kristalisasi tatanan masyarakat yang penting untuk di internalisasikan dan disosialisasikan.

Cerita ”Babad Desa Banjarsari” sebagai hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh tim peneliti perlu dikenalkan kepada generasi muda penerus masyarakat Desa Banjarsari.

Hal tersebut dimaksudkan agar dapat dikenal dan dihayati serta diteladani nilai-nilai kehidupannya oleh generasi muda Desa Banjarsari, maka perlu dilakukan transformasi cerita ke dalam bentuk pertunjukan.

Adapun bentuk pertunjukan yang digemari masyarakat adalah genre teater tradisional, merupakan produk seni budaya yang telah menjadi salah satu identitas seni tradisional dan sangat populer di masyarakat Kabupaten Jombang.

Permasalahannya, masyarakat Desa Banjarsari saat ini tidak memiliki tokoh seniman yang dapat mengembangkan pertunjukan.

Oleh karena itu perlu dibantu untuk mewujudkan pertunjukan tersebut, agar cerita tradisional tentang Babad Desa Banjarsari dapat segera dikenalkan kepada generasi penerus dan dapat diteladani nilai-nilai kearifan lokalnya.

Demikian diungkapkan oleh Dr. Eko Wahyuni dalam kesempatan ngobrol bareng saat observasi di desa tersebut.

Tim pengabdian Masyarakat kali ini terdiri dari Dr. Eko Wahyuni Rahayu, Dr. Arif Hidajad, S.Sn., M.Pd, Joko Winarko, S.Sn.,M.Sn; Arief Sudrajat. S.Ant., M.Si, Pambudi Handoyo, S.Sos.,Ma, juga dibantu mahasiswa Khotib Hidayatulloh, dan Tabah Luh Penatas.

Bicara tentang babad suatu daerah dalam rangka membumikan kembali generasi muda ke dalam nilai altrusitis dan nilai komunal yang menjadi identitas suatu wilayah, banyak versi yang muncul dari hasil analisa yang dilakukan melalui wawancara kepada tokoh masyarakat.

Pada akhirnya ditemukan dan dibagi menjadi beberapa episode. Episode Kolomongso dirangkum ke dalam rangkaian cerita yang dipadu dengan musik rebana dan dikemas dalam bentuk pertunjukan.

Dipilihnya perpaduan tersebut merupakan penyesuaian karakteristik wilayah Jombang dan desa Banjarsari, di mana kehidupan beragama terjaga dengan baik dan kehidupan masyarakat yang masih kental dengan budaya ketimuran.

Sementara ini masih berupa video proses pelatihan dan diunggah di kanal youtube https://www.youtube.com/watch?v=eeBSAuhoJkc&t=280s

Hal ini sebagai upaya sosialisasi kepada Masyarakat. Selanjutnya akan ada proses workshop dan pelatihan untuk masyarakat setempat sebagai upaya sosialisasi dan internalisasi.

“Apa yang kami lakukan ini sekaligus sebagai upaya agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya pasca pandemi,” kata Arif Hidajad.

Kolomongso bercerita tentang cikal desa dan asal mula desa. Proses penyusunan berjalan kira-kira 6 bulan dengan melakukan observasi, wawancara, dan literasi .

Pemilihan bentuk merupakan kesimpulan dari penyeseuaian karakteristik wilayah Jombang dan dilakukan upaya supaya elemen pendukungnya bisa lebih membumi.

“Produk ini adalah awal dari langkah selanjutnya yaitu proses workshop atau pelatihan untuk episode selanjutnya,” pungkasnya.***