TPID Tabanan Siapkan Program Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pangan

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Totok Waluyo

Tabanan, Porosinformatif | Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan diarahkan untuk segera bersinergi dalam pembuatan inovasi program guna mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di sektor pangan mulai dari hulu hingga ke hilir.

Hal ini disampaikan Bupati Tabanan, I Nyoman Gede Sanjaya saat memimpin High Level Meeting (HLM) secara daring pada hari Senin (1/11/2021) kemarin.

Namun dikatakannya, program tersebut masih mengalami permasalahan di bagian pemasaran atau pasca panen.

Untuk itu, diperlukan sebuah mekanisme yang mengatur penetapan harga komoditas yang diperlukan masyarakat melalui regulasi, sehingga para petani merasa aman dalam melakukan budidaya dan terjaminnya akses pemasaran hasil produksinya.

Bupati berharap HLM TPID Kabupaten Tabanan ini, dapat mencari solusi penanganan inflasi daerah hingga ke tingkat desa.

Rapat yang diadakan dalam rangka optimalisasi program pengendalian inflasi daerah, sekaligus persiapan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan ini juga diikuti Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimandi, serta seluruh anggota TPID Kabupaten Tabanan dan instansi terkait.

Mengawali pemaparannya, Rizki mengapresisasi kehadiran Bupati Tabanan selaku pemimpin rapat. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Koordinator Perekonomian selaku Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP).

“Kehadiran Bupati/Wakil Bupati dalam rapat TPID sebagai wujud komitmen Kepala Daerah atas pelaksaan program pengendalian inflasi di daerahnya,” ujarnya.

Rizki juga berharap agar program unggulan yang diusung TPID Kabupaten Tabanan, telah menerapkan aspek digitalisasi pada UMKM pangan sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo pada Rakornas Pengendalian Inflasi 2021.

Dijelaskannya, bahwa tingkat inflasi di sebagian besar wilayah Indonesia di bawah sasaran inflasi 3% ± 1%.

Secara khusus, tingkat inflasi yang terjadi di daerah Bali-Nusa Tenggara adalah 1,58% (yoy) dan Bali sebesar 1,40% (yoy).

“Pencapaian inflasi ini terbilang bagus, namun masih belum optimal, karena faktor utama penyebabnya adalah turunnya demand masyarakat selama masa pandemi Covid-19,” terangnya.

Komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang Januari hingga September 2021, menurut data tim survei ialah daging babi, canang sari, minyak goreng, cabe rawit, dan cabai merah.

Bank Indonesia menengarai sejumlah komoditas pangan dan non pangan yang sering muncul pada saat Hari Raya Galungan dan Kuningan setiap 7 (tujuh) bulan sekali.

“Dari kelompok makanan diantaranya daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi, cabai rawit, dan cabai merah. Sementara dari kelompok non-makanan diantaranya emas perhiasan dan canang sari,” urainya.

Rizki mendorong seluruh anggota TPID untuk memanfaatkan website SIGAPURA (Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis) untuk memantau perkembangan harga dan stok pangan terkini.

“Untuk itu, data yg diinput di SIGAPURA haruslah berkualitas dan up to date. Hal ini sangat penting bagi Kepala Daerah untuk memantau ketersediaan bahan pokok dan keterjangkauan harga setiap saat,” jelasnya.

Terakhir, seluruh anggota TPID berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga komoditas pangan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Di samping itu, fungsi pendataan harga dan stok bahan pangan di aplikasi SIGAPURA juga akan terus diperkuat.

Harapannya data tersebut akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk membantu melakukan pengendalian inflasi daerah.(*)