Editor: Totok Waluyo | Reportase: Didik Harmadi
Batu, Porosinformatif | Jatim Art Forum (JAF) 2021 sudah berjalan tiga hari dari jadwal awal mulai tanggal 9 hingga 13 November 2021 bertempat di Kota Batu.
Dengan mengambil tema ‘Tumbuh Bersama’, JAF merupakan upaya Dewan Kesenian Jatim dalam mencari formulasi strategi guna menemukan pola baru di bidang kesenian.
Beberapa kesenian ditampilkan di JAF 2021 seperti tari, teater, seni rupa, sastra dan film.
“Formula ini nantinya akan kami praktikan dalam platform kesenian baru yang ditandai pasca new normal sehingga dapat melampaui normalitas estetis,” kata Galuh Tulus Utama, Staf Dewan Kesenian Jatim (DKJT), Departemen Teater kepada Porosinformatif, Kamis (11/11/2021).
Dirinya menjelaskan, bentuk refleksi sikap dan keyakinan pasca badai pandemi yang menjadi pemantik teman-teman seniman untuk berpikir kreatif dalam penyelenggaraan pertunjukan.
Forum Aktor Jatim mengisi gelaran teater JAF 2021 merupakan hasil kurasi DKJT dengan memilih beberapa aktor berbakat, dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Fayat-Sumenep, Ma’rifatul-Bangkalan, Taslimul-Lamongan, Dyah Ayu-Sidoarjo, Fatihuddin-Gresik, Alfin Haris-Pasuruan.
“Proses kurasi ini salah satunya melihat rekam jejak proses berkarya dan kekaryaannya. Konsistensi serta dedikasi selama lima tahun terakhir di wilayahnya masing-masing,” ujar Galuh.
Ia mengatakan, proses kreatif sebagai ruang bersama dan bagaimana prespektif membaca teater hari ini, baik dari pola yang menginspirasi, kecenderungan, dan orientasinya dengan zaman.
Di tempat yang sama, Alfin Haris seniman asal Pandaan yang memerankan Pon, seorang penggali kuburan mengatakan, lakon yang dibawakannya merupakan naskah lahirnya kematian karya Yusril Izha yang didekontruksi.
“Pembongkaran ini dalam rangka menemukan berbagai kemungkinan. Bercerita apa dan bagaimana kelahiran dan kematian,” tandasnya.
Ditanyakan perihal prosesnya, Gepeng sapaan akrab Alfin Haris menjawab, tidak ada yang dominan dalam kegiatan Forum Aktor ini. Untuk itu persepsi proses menjadi sangat penting selain persepsi estetika.
“Oleh karena Forum Aktor Jatim berangkat dari berbagai latar dan idiologi teater, maka proses penggalian potensi keaktoran menjadi suatu fokus utama, dan kegiatan interpretasi yang menggunakan multi-tafsir, dan selanjutnya kami bawa dalam kerja laboratorium penciptaan,” tegasnya.
Luluk Ardian penonton asal Pakis Malang mengatakan, kehadirannya dalam Jatim Art Forum terutama gelaran teater, ingin melihat perjalanan kreatif teman-teman yang tergabung dalam Forum Aktor Jatim.
“Minimalisasi dialog dengan dominan menggunakan tubuh sebagai media ekspresi, menjadi pementasan lepas dari karya yang biasanya terlalu verbal,” tandasnya.
Selain itu dirinya mencoba mengapresiasi capaian artistik yang telah dicapai selama pengembaraan estetikanya, “namun secara keseluruhan semua aktor telah berusaha dengan energi dan daya ciptanya untuk memberi yang terbaik,” pungkasnya.(*)