Meski Mengecil, Perekonomian Bali di Triwulan I 2021 Mulai Membaik

Editor : Totok Waluyo | Reportase : Totok Waluyo

Denpasar, Porosinformatif – Perekonomian Bali di triwulan I 2021 diperkirakan akan membaik, meski tingkat kontraksi mengecil. Peningkatan kasus Covid-19 dan adanya PPKM selama periode Januari dan Februari mempengaruhi mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi.

Dalam keterangan persnya di kantor BI Bali pada hari Sabtu (6/2), Kepala KPwBI Bali, Trisno Nugroho mengatakan, pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021.

“Sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif,” katanya.

Optimisme terhadap pertumbuhan positif, menurutnya didasari oleh perkiraan tercapainya target vaksinasi dan disertai dengan menurunnya kasus Covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor.

“Termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal ekspor dan impor,” jelas Trisno.

Sementara itu, dengan terkendalinya penanganan Covid-19 bisa menumbuhkan level of confidence bagi wisatawan serta memungkinkan diselenggarakannya strategi wisata Travel Corridor Arrangement (TCA) dan Meeting Incentives Conferences Exhibition (MICE) di Bali.

Lebih lanjut Trisno menyampaikan, pada momen liburan akhir tahun yang jatuh di triwulan IV 2020 lalu, sempat mendorong perbaikan kinerja perekonomian Balinusra.

Namun, guna mewaspadai meningkatnya kasus Covid-19, maka melalui surat edaran dari pemerintah daerah diberlakukannya kebijakan pengetatan protokol kesehatan.

“Kewajiban untuk melakukan tes PCR bagi pelaku perjalanan dalam negeri dan dilarangnya perayaan tahun baru inilah yang membuat sejumlah rencana kedatangan domestik dibatalkan,” terangnya seraya berkata, hal inilah yang menyebabkan perbaikan kinerja pada triwulan IV 2020 berlangsung terbatas.

Berdasar data dari BPS Provinsi Bali, perekonomian Bali pada triwulan IV 2020 kembali melanjutkan tren pemulihan sebagaimana tercermin pada pertumbuhan triwulanan sebesar 0,94% (qtq) serta pada kenaikan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari Rp36,39 trilyun di triwulan III menjadi Rp36,74 trilyun di triwulan IV 2020.

“Perbaikan ini tidak lepas dari berlanjutnya penerapan tatanan era kehidupan baru dan peningkatan aktivitas sektor pariwisata di akhir tahun 2020 yang ditopang oleh wisatawan nusantara (wisnus),” tandas Kepala KPwBI Bali.

Dari 17 lapangan usaha, 13 diantaranya tercatat tumbuh positif dimana tiga pertumbuhan tertinggi dialami lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh sebesar 5,46% (qtq), diikuti sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum yang tumbuh sebesar 3,61% (qtq), dan Jasa Kesehatan & Sosial yang tumbuh sebesar 3,01% (qtq).

Sejalan dengan itu, sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,99% (qtq). Dari sisi penggunaan, perbaikan terjadi pada komponen Konsumsi Pemerintah (29,88% qtq), Ekspor Luar Negeri (13,16% qtq), dan Investasi (2,4% qtq).

Sementara itu, jika dilihat secara tahunan (yoy), ekonomi Bali mengalami kontraksi -12,21% (yoy), yang bersumber dari kontraksi hampir seluruh komponen permintaan, kecuali konsumsi pemerintah.

“Dari sisi lapangan usaha, kontraksi terjadi pada seluruh lapangan usaha utama,” imbuhnya.

Secara keseluruhan tahun 2020, Bali tumbuh negatif -9,31% (yoy), searah dengan prakiraan sebelumnya.

“Bali merupakan Provinsi yang terparah terdampak Covid-19 mengingat 54% sumbangan PDB berasal dari sektor pariwisata,” tegas Trisno.

Dari sisi penggunaan, kontraksi tertinggi terjadi pada komponen impor luar negeri (-78,34% yoy), ekspor luar negeri (-76,23% yoy), Investasi (-12,21% yoy), Konsumsi Rumah Tangga (-3,65% yoy).

“Sementara konsumsi pemerintah masih tumbuh positif 0,17% (yoy),” jelasnya.

Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan negatif, dengan kontraksi terdalam pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan (-31,79% yoy), akomodasi makan & minum (-27,52% yoy) serta pengadaan listrik air dan gas (-16,49% yoy).

Untuk mempercepat pemulihan kinerja perekonomian, prasyarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberhasilan pemberian vaksinasi serta penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19.

“Selanjutnya kami merekomendasikan untuk dilakukan 5 langkah strategis, pertama dengan mendorong pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE guna meyakinkan bahwa Bali siap menerima wisatawan, yang kedua mendorong UMKM untuk on boarding sehingga memperluas pemasaran, ketiganya mempercepat realisasi belanja daerah, langkah keempat dengan mendorong sektor pertanian untuk menerapkan GAP (Good Agriculture Practice), menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming), dan memasarkan produknya melalui e-commerce, yang terakhir mendorong pembayaran secara nontunai, utamanya menggunakan QRIS,” pungkasnya.(*)