Tabanan, Porosinformatif| Masalah sampah menjadi perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat yang ada di Provinsi Bali, terlebih menjelang pagelaran Internasional Meeting G20.
Atas dasar itulah, tim pengabdian kepada masyarakat (PKM) Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar yang dikomandoi Dosen Fakultas Teknik Unmas Denpasar Ir. I Putu Agus Putra Wirawan, S.T., M,T,. mencoba terus memberikan edukasi terkait pengolahan sampah.
Kepada porosinformatif.com, Agus Putra menyampaikan, upaya ini merupakan salah satu program kerja Kelompok Mahasiswa KKN Unmas Denpasar di Desa Sudimara dari bidang Membangun Desa yang dipilih oleh I Kadek Suangga Utama (FEB/Manajemen 2019) dan I Kadek Arya Putra Utama(FEB/Manajemen 2019).
“Pelatihan pembuatan Biopori dan Eco Enzym ini diikuti oleh Kepala Desa, Kepala Wilayah, Karang Taruna, PKK, dan beberapa warga Desa Sudimara,” terangnya, Kamis (22/9/2022) melalui aplikasi WhatsApp.
Menurutnya, sebelum PKM dilaksanakan, tim sudah melakukan observasi terlebih dahulu, “dan ternyata disini (Desa Sudimara), kami banyak temukan sampah organik sisa tumbuhan dan limbah rumah tangga berupa buah-buahan dan sayuran,” jelasnya.
Dengan adanya hal tersebut, maka sampah organik, dikatakannya dapat dimanfaatkan melalui pengomposan. “Adapun cara mengompos yang mudah adalah dengan membuat lubang biopori,” tandas Agus.
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya.
“Manfaat dari pembuatan Biopori dapat mempengaruhi jumlah air tanah sehingga ketersediaan air dapat terjaga,” imbuhnya.
Selain itu, manfaat lain Biopori yang dapat diperoleh diantaranya adalah mempercepat terjadinya resapan air hujan, mengatasi kekeringan, mengurangi emisi karbon dan metan serta mengubah sampah organik menjadi kompos.
Lebih lanjut, ia menerangkan, sampah merupakan hal yang sangat berpotensi menimbulkan pencemaran, namun sampah juga dapat digunakan sebagai hal yang bermanfaat baik sampah organik maupun non organik.
“Hingga sekarang, Eco Enzym ini masih belum dikenal di kalangan masyarakat Desa Sudimara, namun pemanfaatan Eco Enzym sangat bisa digunakan di desa ini. Karena kenapa? Karena desa ini memiliki banyak lahan pertanian dan banyak masyarakat yang memiliki peternakan,” ujarnya.
Kembali ia menegaskan, Eco Enzym ini juga dapat dimanfaatkan menjadi pencegahan penyakit mulut dan kuku pada peternakan, selain untuk pupuk.
Produk Eco Enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang sangat fungsional, mudah digunakan, dan mudah dibuat.
Setiap orang dapat membuat produk ini dengan mudah. Bahan-bahan yang digunakan pun sederhana dan banyak tersedia di sekitar kita. Pembuatan produk ini hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah.
Selain kegiatan tersebut, terdapat juga kegiatan membangun desa lainnya yakni kegiatan aktivasi Desa Wisata Yeh Gangga dengan pembuatan spanduk larangan membuang sampah sembarangan dan pembuatan tempat sampah yang ditempatkan di area Pantai Yeh Gangga.
Disinggung terkait tujuan kegiatan, dirinya menjawab, guna meningkatkan kesadaran pengunjung Pantai Yeh Gangga akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, serta hal ini diharapkan agar Pantai Yeh Gangga tetap bersih dan bebas dari sampah.(*/01)