Bali, Porosinformatif| Digital Tranformation Expo merupakan salah satu side event KTT G20 dan salah satu deliverable Digital Economy Working Group (DEWG), yang diprakarsai oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Digital Tranformation Expo ini bisa dikatakan sebagai ajang pameran kelas dunia untuk menampilkan keragaman berbagai kemajuan, inovasi dan pemanfaatan teknologi digital dari berbagai sektor pemerintahan dan swasta sebagai upaya untuk mewujudkan transformasi digital yang lebih inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan untuk mencapai pemulihan yang tangguh pasca-pandemi.
Melalui ajang Digital Tranformation Expo (DTE), Indonesia mengajak dunia untuk bersinergi, bersama-sama mewujudkan Transformasi Digital Dalam Harmoni.
DTE diselenggarakan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah G20.
DTE sebagai ajang menunjukan keragaman budaya bangsa.
DTE merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk membagikan cerita kepada dunia tentang berbagai potensi bangsa dan percepatan kemajuan digital di berbagai sektor.
DTE akan menjadi magnet pemimpin dunia, investors, dan pemain digital kelas dunia untuk masuk dalam pasar Indonesia yang sangat besar.
Indonesia akan mampu bersaing dan menjadi kontributor penting kemajuan digital dunia.
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tanggal 13-17 November 2022 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center ini, memiliki tujuan untuk menampilkan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam melakukan transformasi digital di setiap anggota G20.
Kedua, guna memperkuat ekosistem digital global dengan mengedepankan peluang dan potensi negara berkembang untuk memimpin forum berbagi pengalaman, agenda, dan inovasi.
Alternate Chair of DEWG Dedy Permadi dalam konferensi persnya hari ini, Sabtu (12/11/2022) bertempat di Jimbaran, Bali mengatakan, DTE Mencakup Empat Pilar Strategis Transformasi Digital.
- Infrastruktur Digital,
- Pemerintahan Digital,
- Masyarakat Digital,
- Ekonomi Digital.
“Adapun peranan penting dari DTE adalah menjadi ajang bagi negara anggota G20 untuk menunjukkan transformasi digital di negaranya (showcase) termasuk Indonesia,” tuturnya.
Tidak hanya itu, 3 isu prioritas juga akan mewarnai side event Digital Economy Working Group G20 ini salah satunya adalah transformasi digital.
“Isu transformasi digital ini membahas banyak hal, sesuai arahan bapak presiden itu harus memiliki hasil yang konkret, membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia,” katanya kepada media yang hadir.
Pria berkaca mata ini juga mengungkap, melihat pembahasan transformasi digital sejak bulan Januari-September 2022, pembahasan isu lebih ke konektifitas dan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
“Jadi bagaimana, ruang digital bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dunia untuk pulih dari Covid-19,” ujarnya.
“Contoh yang sederhana adalah UMKM yang mengalami kelesuan di tengah Covid-19 tetapi ketika UMKM go digital atau go online, mereka bisa bertahan dan mengembangkan usahanya,” urainya.
“Nah dari situ kita melihat, potret contohnya di Indonesia sendiri.”
“Sebelum Covid-19, UMKM yang go digital masih 9 juta UMKM dari total 64 juta UMKM yang menyumbang 60% pada PDB Indonesia. Ini nilai yang luar biasa besar,” ujarnya.
Pada bulan ini (pascapandemi) sudah mencapai 19 juta yang sudah go online.
“Tetapi teman-teman kalo kita jumlahkan 19 juta ini, baru 29% dari total UMKM yang ada di Indonesia (64 juta), artinya apa, masih ada 71% UMKM yang belum memanfaatkan ruang digital untuk pengembangan ekonomi mereka,” ungkap Dedy yang juga Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informasi ini.
“Hal inilah yang menjadi concern negara-negara anggota G20 untuk bisa mendorong lebih dalam lagi agar konektifitas digital itu bisa membantu pemulihan ekonomi dunia,” katanya sekali lagi.
Isu kedua adalah terkait literasi digital dan kecakapan digital.
Terakhir adalah arus data lintas batas negara.
Sementara, di tempat yang sama, Direktur Pemberdayaan Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto menyampaikan, di dalam Digital Transformation Expo ini, selain bisa menikmati berbagai macam kemajuan teknologi yang ada di dunia, para pengunjung nanti juga bisa menikmati teknologi yang diterapkan di Indonesia.
“Intinya adalah ke depan akan tercapai suatu pemulihan yang tangguh, bekerja sama untuk transformasi digital yang lebih inklusif, memberdayakan dan berkelanjutan,” tutur Boni.***