Tugas Pokok dan Fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

Editor : Totok Waluyo | Reportase : Totok Waluyo

Denpasar, Porosinformatif – Bank Indonesia wilayah Bali menggelar edukasi Capacity Building bersama media yang bertempat di Denpasar, Selasa (9/3/2021).

Keynote speak disampaikan Deputi Kepala Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda didampingi Deputi Direktur KPwBI Bali Donny H. Heatubun serta Manager KPwBI Bali Remon Samora.

Sebagai awal acara, Rizki menerangkan, mengapa harus ada bank sentral?

Dijelaskannya ada tiga tugas pokok dan fungsi utamanya yakni sebagai otoritas moneter, menjaga stabilitas sistem keuangan dan penyelenggaraan sistem pembayaran serta sebagai mitra strategis dan penyeimbang bagi otoritas fiskal.

Lantas siapa yang dimaksud Bank Sentral? yaitu Bank Indonesia.

Di mana Bank Indonesia mempunyai tujuh misi seperti memelihara stabilitas nilai rupiah, menjaga stabilitas sistem keuangan, turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital, mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendalaman pasar keuangan, mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah serta mewujudkan bank sentral berbasis digital.

Lebih dalam Rizki menyampaikan, Bank Indonesia bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

“Kestabilan terhadap barang dan jasa yang disebut laju inflasi. Dan kestabilan terhadap mata uang negara lain yang dinamakan nilai tukar,” paparnya.

Kata Inflasi, menurut Rizki, diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.

“Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak bisa disebut inflasi. Kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya,” terang dia.

Berdasarkan data statistik oleh tim Bank Indonesia wilayah Bali, ada 320 komoditas yang termasuk core inflation atau inflasi inti. 20 komoditas termasuk administered price serta 75 komoditas termasuk volatile food.

“Dalam data ini, nilai uang sebesar 100 ribu rupiah pada tahun 1998 sangat beda nilai tukarnya dibandingkan tahun sekarang,” ujarnya.

Dikatakannya, dulu dengan 100 ribu rupiah sudah mendapatkan banyak produk, sedang sekarang hanya beberapa saja.

“Disinilah perlunya menjaga inflasi yang rendah,” tegasnya.

Rizki menjelaskan, inflasi bisa menurunkan daya beli. Kedua terjadinya kesenjangan pendapatan yang melebar. Kemudian bisa menghambat investasi produktif, sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung.(*)