Editor : Totok Waluyo | Reportase : Totok Waluyo
Denpasar, Porosinformatif – Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia wilayah Provinsi Bali, inflasi dialami Bali sebesar 0,52% (mtm).
Kepada awak media, Kepala KPwBI Bali Trisno Nugroho menjelaskan, inflasi terjadi di dua kelompok barang, volatile food dan administered prices, sedang core inflation tercatat stabil.
Secara spasial, Trisno menyampaikan, untuk kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm), sedangkan kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm).
“Secara tahunan (yoy), Bali mengalami inflasi sebesar 0,84% lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,37%,” imbuh Trisno yang beberapa waktu lalu menghadiri rapat TP2DD Kabupaten Klungkung.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,78% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan inflasi pada bulan Maret sejalan dengan naiknya permintaan berkaitan dengan datangnya Hari Raya Nyepi yang disertai oleh menurunnya pasokan tanaman hortikultura akibat curah hujan yang tinggi.
“Peningkatan harga terlihat utamanya pada komoditas cabai rawit, daging ayam ras, tongkol diawetkan, dan bawang merah,” bebernya.
Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,31% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara dan komoditas rokok.
Peningkatan tarif tiket pesawat udara sejalan dengan adanya long weekend di bulan Maret. Selanjutnya, peningkatan harga rokok disebabkan oleh naiknya cukai rokok dimulai pada bulan Februari 2021.
Sementara itu, harga di kelompok core inflation relatif stabil dengan inflasi sebesar 0,04% (mtm). Peningkatan harga terlihat untuk komoditas popok bayi, sandal kulit, krim wajah, dan baju kaus.
Bank Indonesia menilai bahwa inflasi Bali sampai dengan bulan Maret masih dalam keadaan stabil dan terkendali.
Namun demikian, beberapa komoditas seperti cabai rawit dan cabai merah masih menunjukkan trend kenaikan, demikian juga harga daging babi yang masih tinggi.
Sementara itu, Hari Raya Galungan dan bulan Ramadhan yang jatuh di bulan April diprakirakan akan meningkatkan permintaan untuk bahan makanan dan canang sari.
Menghadapi potensi tantangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus melakukan kerja sama antar daerah, mengoptimalkan pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage (CAS), dan mengimbau masyarakat untuk menanam cabai di pekarangan rumah, sekolah, dan lahan yang tidak terpakai.
“Bank Indonesia terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming),” tutupnya.(*)