Nangun Sat Kerthi Loka Bali di Tengah Hegemoni Presidensi G20

Bali, Porosinformatif| Nangun Sat Kerthi Loka Bali bersifat lokal, namun maknanya mencakup nusantara bahkan dunia, dan sejalan dengan hegemoni menjelang Presidensi G20 di Bali mendatang.

Hal ini diungkap Ketua LSM Bli Braya Dr. Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. dalam acara dialog Merah Putih Bali Era Baru pada tanggal 2 November 2022.

Dirinya mengatakan, khusus bagi Bali sendiri, penyelenggaraan KTT G20 sangat penting, terutama bagaimana membangkitkan perekonomian Bali pascapandemi Covid-19.

“Sebab, pertemuan ini akan membahas berbagai isu, mulai dari kesehatan, lingkungan, dan ekonomi,” tuturnya.

Mantan Ketua KPU Bali di masanya ini mengharapkan, pemikiran-pemikiaran dunia yang dihasilkan dalam menentukan kebijakan haruslah berbasis pada keharmonisasian alam dan lingkungan.

Dengan demikian, menurut Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar ini, KTT G20 ini bisa dikatakan sangat relevan dengan visi pembangunan Pemerintah Provinsi Bali yang dipimpin Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardana Sukawati.

“Jadi kita harapkan masyarakat Bali bisa memaknai persoalan-persoalan ini, dan ikut berkontribusi dalam pelaksanaan G20 nanti,” ungkapnya.

Pakar Hukum Unmas Denpasar Dr. Wayan Gde Wiryawan, SH., MH., mengatakan bahwa event penyelenggaraan KTT G20 benar-benar menjadikan Bali sebagai satu daerah yang menjadi pusat perhatian dunia.

Terpilihnya Bali menjadi tuan rumah event ini tidak terlepas dari perspektif holistik.

Bali sebagai salah satu daerah yang diberikan kelebihan tatanan kearifan lokal yang luar biasa, telah mampu melindungi dan melestarikan kearifan lokal tersebut.

Hal ini terbukti dengan dibentuknya Lembaga Desa Adat yang menjadi salah satu tameng menjaga taksu Bali.

Di samping juga telah diterbitkan berbagai regulasi/kebijakan dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub) dan Peraturan Daerah (Perda) untuk melindungi dan melestarikan kearifan lokal Bali tersebut.

Menurutnya, kebijakan yang dibuat Gubernur Koster ini telah mampu memberdayakan dan membuat masyarakat Bali mandiri.

Sementara itu, Kaprodi MP2WL Unmas Denpasar Dr. Eng. Putu Edi Yastika, S.Si., M.Eng., M.Si., mengatakan bahwa event KTT G20 menjadi momen Bali untuk berbenah dari segi infrastruktur.

Sebab, semua mata dunia akan fokus pada Bali pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

Sehingga, pembangunan pendukung KTT G20 harus benar-benar menunjukkan kualitas yang baik di mata para delegasi dunia.

Menurutnya, dengan kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Koster yang berlandaskan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, semua pembangunan infrastruktur di Bali telah dibangun dengan memperhatikan konsep fisik, lingkungan alam, dan budaya Bali.

“Ini artinya, visi Gubernur Bali ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ itu saya cermati dan amati telah sangat komprehensif, dilihat dari segi lingkungan yang diawali dengan Atma Kerthi, Segara Kerthi, Danau Kerthi, Wana Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat Kerthi. Sehingga masyarakat Bali sangat mendukung adanya KTT G20, karena pembangunan-pembangunan pendukung tidak saja digunakan untuk KTT G20, tetapi manfaatnya dirasakan oleh masyarakat secara langsung,” tandasnya.***