Penyitas Buta Aksara dari Manokwari

Porosinformatif| Suara mesin perahu yang dibantu hembusan angin telah tiba pada indra pendengar anak-anak kepulauan Mansinam.

Ratusan anak berbondong-bondong menyambut kedatangannya dengan senyum bahagia.

Kehadiran perahu tersebut bukan semata-mata melakukan perjalanan wisata, Melainkan menggemban sebuah tugas yakni memfasilitasi anak-anak yang masih belum bisa baca-tulis.

Kegiatan itu dilaksanakan oleh rekan-rekan yang tergabung dalam Papua Future Project.

Bhirsco Jordy Dudi Padatu, Seorang pejuang pendidikan yang masih berusia 23 tahun dengan perawakan gagah, telah mengabdikan dirinya dalam kurun tiga tahun terakhir.

Sosok inilah pelopor terbentuknya perkumpulan Papua Future Project dengan jargon “Every Child Matters”.

Pesona Kepulauan Masinam menyajikan bukit-bukit yang bersanding dengan hamparan lautan tanpa batas.

Keindahanya mampu membuat tatapan tinggal landas memuji kebesaran Tuhan. Kekayaan sumber daya alam tersebut akan lebih berguna jika selaras dengan majunya sumber daya manusia. Tapi harapan itu berbanding terbalik dari fakta di lapangan.

Lembaga pendidikan yang tersedia di wilayah itu hanyalah SD 10 Inpres Masinam. Tidak hanya itu, permasalahan jarak tempuh kurang lebih 6 km dari kota Manokwari membuat para guru hanya mampu mengajar selama dua jam dalam sehari.

Keadaan ini jelas mempengaruhi kemampuan siswa-siswi dalam belajar. Hal yang sangat memprihatinkan yaitu anak-anak kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 banyak yang belum menguasai pokok dasar pendidikan yakni kemampuan membaca dan menulis.

Kehadiran Jordy Padatu bersama rekan-rekanya dalam misi membebaskan anak-anak dari buta aksara di Kepulauan Masinam sangat meringankan mereka untuk meraih masa depan ke arah yang lebih baik.

Pijakan kelompok Papua Future Project layak menjadi teladan bagi kalangan muda-mudi untuk terlibat aktif membangun negeri.

Saat ini Papua Future Project telah memiliki 14 kampung binaan yang tersebar di 8 kabupaten/kota serta berhasil melibatkan 725 anak untuk aktif mengikuti setiap kegiatannya.

Lebih jauh lagi Jodry Padatu akan memperluas wilayah binaannya menjadi 100 kampung di tahun 2025.

Gerakan ini jelas membantu pemerintah dalam mengentaskan buta aksara di Provinsi Papua yang menempati urutan pertama sebagai wilayah dengan buta aksara terbesar di Indonesia.

Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini di tahun 2022 pernah mengeluarkan sensus nasional bahwa Provinsi Papua memiliki tingkat buta huruf mencapai 21.9 %.

Hal itu menunjukan 1 dari 4 orang warga papua dikategorikan tidak bisa membaca serta menulis.

Kuantitas relawan Papua Future Project yang telah bergabung sebesar 250 orang, jumlah ini diharapkan bisa bertambah karena Papua Future Project selalu membuka diri untuk menambah persaudaraan.  

Bagi rekan-rekan yang berminat menambah persaudaraan tidak perlu khawatir tentang jarak tempuh, sebab rekan-rekan yang berada di luar pulau bisa melakukan take video bimbingan belajar yang kemudian akan ditayangkan kepada anak-anak disana.

Jadi bagi para muda-mudi mari bergabung membangun negeri ini guna mewujudkan masa depan bangsa ke arah yang lebih baik.***