Pergeseran Makna Live Performance Teater

Editor : Totok Waluyo | Reportase : Roci Marciano

Sidoarjo, Porosinformatif – Diskusi untuk pertama kalinya digelar oleh pelaku Teater Indonesia dengan mengangkat tema “Apakah Telah Terjadi Pergeseran Makna Live Performance Dalam Teater” pada hari Minggu (24/1) kemarin secara daring.

Sebuah pertanyaan yang mencari solusi atas perubahan model pertunjukan di masa pandemi. Dimana Teater merupakan pertunjukan yang seharusnya digelar secara live, sehingga unsur estetika bisa terpenuhi.

Dr. Autar Abdilah, S.Sn., M. Si Dosen Sendratasik Unesa memaparkan, telah terjadi pergeseran makna Live performance dalam teater di masa pandemi ini.

“Hal ini terjadi karena kegelisahan dari para pelaku teater yang rindu untuk berkarya, rindu akan panggung yang sebenarnya
dan juga dikarenakan situasi pandemi yang menyebabkan semua kegiatan harus dilakukan secara daring,” katanya.

Lain halnya apa yang disampaikan Tokoh Teater Indonesia, Rudolf Puspa.

Meski Teater pertunjukannya dirubah secara virtual, hal itu tidaklah mengurangi makna. Justru menurut Rudolf, banyak hal baru yang bisa tercipta seperti keterjangkauan penikmat teater dimanapun berada, tetap bisa melihat pertunjukan secara live meski lewat virtual.

Sementara Praktisi Teater dari Palu, Ivin Chevin berpendapat, bahwasanya fenomena pandemi menjadi bukti Teater juga dapat masuk melalui media platform apapun.

“Namun hal itu masih memberikan kegelisahan kepada para seniman teater akan pergeseran makna dari teater itu sendiri, setelah beralih wahana menuju virtual,” ujarnya.

Lebih lanjut Ivin menegaskan, di dalam pertunjukan Teater, identik dengan adanya proses yang matang dan mendalam.

“Jadi intinya dalam pementasan teater terjadi interaksi antara penonton dan pemain, penonton dan penonton serta penonton dan setting panggung,” imbuhnya seraya menekankan bahwa esensi itulah yang tidak bisa dicapai tatkala Teater disuguhkan secara maya.

Namun, semua dapat ditarik kesepakatan bahwa performance baik live maupun virtual mempunyai tantangannya masing-masing. oleh karena itu para seniman selaku insan yang cerdas diharapkan bisa menjawab tantangan ini dan melakukan inovasi-inovasi baru dalam melewatinya.

“Pementasan virtual bukanlah sebuah tujuan melainkan hanya sebuah alat bantu untuk mencapai tujuan”.