Ludruk RRI Surabaya, Mati Segan Hidup Tak Mau

Editor: Totok Waluyo | Reportase: Buang Supeno

Malang, Porosinformatif | Nasib para seniman di masa pandemi Corona jauh dari untung. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, kini nasib seniman mencoba bertahan hidup ketika panggung-panggung hiburan seni nyaris sepi. Seniman yang kerap bikin tertawa kini menjerit merenungi nasib.

Koordinator Seniman Ludruk RRI Surabaya Kukuh Setyo Budi menjelaskan, seniman ludruk kini sudah tidak ada kegiatan sama sekali. Mereka hanya di rumah. Apalagi kondisi RRI Surabaya di “Lockdown“.

“Praktis tidak ada pekerjaan. Selama ini siaran ludruk yang ada di Radio, hanya memutar rekaman lama dengan mengganti nama (rename) saja. Maklum tidak ada produksi baru,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Senin (26/7/2021).

Ia tegas menyatakan, seniman menjadi salah satu profesi terpuruk di tengah pandemi dan larangan berkerumun.

“Panggung di mana kami terbiasa menampilkan karya terbaik harus berhenti. Sementara, dapur tetap harus mengepul,” imbuhnya.

Lantas bagaimana para seniman Ludruk RRI Surabaya dan seniman lainnya di tanah air mempertahankan perekonomian hidupnya?

Menurut Kukuh, terpaksa kami harus memutar otak untuk hidup. Ada yang menjadi ojek online, jualan makanan, dan berdagang kecil-kecilan.

“Sebenarnya jika ada yang mampu membuat program virtual sih bagus, tetapi juga tidak mudah karena butuh biaya dan modal besar,” katanya.

Diakui Kukuh, Pemprov Jatim pernah memberikan bantuan bagi seniman terdampak pandemi Covid-19, tetapi sangat terbatas jumlahnya, sehingga seniman Ludruk RRI Surabaya tidak mendapat bagian.

“Upaya menawarkan kerja sama ke para pengusaha yang mampupun juga demikian, mereka juga mengatakan masih dalam kesulitan,” ujarnya.

“Banyak seniman meninggal, bukan karena Covid-19 tetapi karena stress, depresi karena tidak bisa manggung lagi,” tambahnya.

Pentas dan berkarya bagi seniman adalah hidup. Oleh karena itu Kukuh Setyo Budi yang alumni Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surabaya yang pernah meraih penata musik terbaik dalam festival Karya Tari Jatim 2014, penata pakeliran terbaik festival dalang bocah Surabaya 2016 dan menjadi duta Indonesia dalam tim kesenian keliling Perancis 1994, Keliling Eropa 2009 dan Tim kesenian keliling Australia 2011 berharap kepada Pemerintah untuk memberikan ruang dan waktu bagi seniman untuk bisa pentas, berkarya meskipun dengan aturan yang ketat.

Pemerintah bisa memfasilitasi dengan virtual dan lain-lain. Jangan keseniannya yang dimatikan tetapi aturlah penontonnya.

“Misal ada warung pecel yang ramai pembelinya, masa warungnya yang di robohkan, ga kan. Ya pembelinya diatur biar tidak berkerumun. Disitu satgas harus berperan menata bukan malah membongkar,” papar Kukuh.

Selama ini pihak RRI dalam setiap pertemuan atau rapat pleno selalu menyampaikan seniman harap bersabar dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Tetapi tidak ada solusi bagaimana bisa keluar dari jeratan kesulitan ekonomi para seniman Ludruk RRI Surabaya. Padahal kondisi Ludruk RRI Surabaya, hidup segan matipun tidak mau.(*)