Penyosialisasi Penangkapan Ikan Sidat Ramah Lingkungan dari Bengkulu

Bengkulu, Porosinformatif| Negara Indonesia terdiri dari 30 persen daratan dan 70 persen lautan.

Tak ayal Negara Indonesia memiliki posisi geografis yang sangat strategis, di mana Indonesia terletak di antara persilangan dua benua dan dua samudra, yang merupakan pelayaran perdagangan dunia

Dengan banyaknya wilayah lautan, Indonesia merupakan penghasil ikan terbesar di dunia. Seperti halnya Ikan Sidat di Bengkulu.

Namun yang menjadi permasalahan adalah cara penangkapan Ikan Sidat yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan alat setrum bahkan bahan kimia.

Oleh karenanya, tiga pemuda yang tergabung dalam Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) berupaya terus mensosialisasikan cara penangkapan Ikan Sidat yang ramah lingkungan.

Mereka adalah Randi Anoma Putra, Akri Erfianda, dan Rego Damantara.

Sejak 2016, mereka menyosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional, Bubu, kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga
Makmur, Bengkulu.

Dalam keadaan hidup, ikan sidat dihargai cukup mahal, Rp 45 ribu per kilogram. Kualitasnya pun lebih baik, dan ikan sidat bisa dibesarkan hingga layak konsumsi (200 gram).

“Sudah layak diekspor,” kata Randi dan Rego.

Sebelum ini, sejak 2006, kebanyakan nelayan di sana menggunakan setrum. Ikan hasil tangkapannya dalam keadaan mati. Harganya pun hanya Rp 20 ribu per kilogram.

Selain itu, sebagian ikan sidat yang dibesarkan akan dilepaskan kembali ke muara.

“Itu adalah pajak kami kepada alam,” ujar mereka, selaku pengelola kolam pembesaran ikan sidat.

Kini sudah 20 nelayan yang bergabung di PPILAR, 15 orang di Kota Bengkulu, di Bengkulu Utara sebanyak 2 orang, dan di Bengkulu Selatan sebanyak 3 orang. Rata-rata, seorang nelayan bisa menangkap 15-25
kg ikan sidat per minggu.

Dari upayanya ini, ketiga pemuda tersebut dianugerahi Astra Award pada tahun 2017.

Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Melalui program ini, Astra juga mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan KBA dan DSA.

Diharapkan, mereka bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.***