Komdis ASPROV Bali Resmi Sanksi Pelatih dan Pemain Padangtegal, Manajemen Klarifikasi Histori SK

Gianyar, Porosinformatif| Pelatih Kepala dan pemain Padangtegal U17 resmi diberikan sanksi oleh Komdis ASPROV PSSI Bali sesuai surat keputusan bernomor 01/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024 dan 02/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024 tertanggal 21 November 2024 yang ditandatangani I Wayan Dana, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Komdis. ASPROV PSSI Bali.

Atas surat keputusan tersebut, Manajemen Padangtegal U17 memberikan klarifikasi dan statement dihadapan para awak media bertempat di Ubud, Gianyar pada hari Senin (25/11).

Manajemen Padangtegal U17 yang diwakili I Nyoman Yudiyana sebagai juru bicara mengatakan sangat keberatan atas hasil daripada sidang yang tertuang dalam surat keputusan terkait sanksi yang diberikan kepada pelatih kepala dan pemainnya.

Dikatakan Yudiyana, surat keputusan tersebut sangat rancu karena pada saat dirinya dan Manajer tim, I Made Sumendra mendapatkan undangan pada tanggal 20 November 2024 untuk menghadiri Sidang Komite Disiplin, namun di badan surat tertulis materi sidang pembacaan keputusan.

“Pertanyaan kami, kapan sidangnya,” ujarnya seraya bertanya-tanya.

Ia menambahkan, sepengetahuannya bahwa suatu persidangan itu adalah upaya mengklarifikasi suatu informasi agar hak kedua belah pihak terpenuhi.

“Nah, ini tidak. Memang kami diberikan hak untuk menyampaikan keterangan, tapi faktanya surat keputusan sudah dibuat oleh Komdis. Jika memang seperti itu, tidak perlu kami diundang, melalui aplikasi WA saja cukup,” katanya.

Berdasarkan surat kedua pada hari Jumat tanggal 22 November 2024 disebutkan di sana bahwa pada poin (1) Hari Senin, 18 November 2024 mengadakan rapat Komite Disiplin dengan sekretariat dan Komite Eksekutif terkait untuk proses pendalaman data dan fakta kejadian luar biasa tersebut.

“Kami mencoba bertanya juga saat itu (pada saat menghadiri undangan tanggal 21/11) jika memang Komdis dan Komite Eksekutif melakukan pendalaman data dan fakta, mengapa putusan hanya berdasarkan sepenggal video yang beredar. Mengapa tidak dirunut dari awal pertandingan, mengapa sampai kejadian luar biasa tersebut terjadi di pertandingan semifinal Piala Soeratin U17 yang notabene adalah event nasional,” katanya menerangkan.

Lebih lanjut, pada poin (2) yang menyebut bahwa pada hari Rabu, 20 November 2024 Komdis memanggil perangkat pertandingan yang bertugas (wasit dan pengawas pertandingan) serta saksi-saksi yang ada dan mengetahui perihal kejadian luar biasa tersebut.

“Ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan Komdis tidak berimbang. Karena kami selaku manajemen juga berada di sana. Seharusnya kami juga dipanggil dimintai keterangan juga agar jelas duduk perkaranya. Jadi tidak hanya berdasar sepenggal bukti video yang pastinya itu merupakan editan karena tidak utuh ditayangkan dari awal hingga akhir,” tuturnya.

Yudiyana yang pada sore hari saat melakukan klarifikasi dihadapan awak media, didampingi Manajer Tim, Ketua PS Padangtegal, Ketua Harian Padangtegal, Bandesa Adat Padangtegal, serta Pengurus Bagian Pemuda dan Olahraga Padangtegal sangat menyayangkan keputusan yang terkesan mendesak dan tidak berimbang oleh Komdis ASPROV Bali.

“Sepengetahuan saya tentang hukum, bahwasannya seseorang sebelum menjadi tersangka sebelumnya harus dijadikan saksi terlebih dahulu. Jadi dia berhak memberikan pembelaan dan keterangan karena semua juga harus menghargai azas praduga tak bersalah,” ungkap Yudiyana yang sampai sekarang masih tanda tanya terkait sikap Komdis yang hanya searah dalam mengambil keputusan.

Di tempat yang sama, Manajer Tim Padangtegal, I Made Sumendra juga buka suara dan menyampaikan bahwa pada saat pertandingan pada hari Sabtu tanggal 16 November 2024, dirinya dan manajer tim lawan sudah menandatangani surat pernyataan damai dan mau melanjutkan pertandingan hingga akhir.

“Saya rasa sikap Komdis tidak menghargai surat tersebut. Kami, kedua manajer tim sudah sepakat damai dan melanjutkan pertandingan, tapi apa yang terjadi, setelah pertandingan usai, kami dan tim lawan masih mendapatkan sanksi. Jika demikian, menurut pandangan kami, seharusnya pertandingan ditunda terlebih dahulu, selesaikan dulu permasalahan yang terjadi, kemudian beri keputusan dan sanksi, baru dilanjutkan kembali pertandingan tersebut di waktu sisa,” katanya menegaskan.

Kembali ke belakang, Padangtegal FC juga pernah menjadi penyelenggara Piala Soeratin di tahun yang sama yaitu 2024 di babak penyisihan bertempat di Lapangan Wenara Mandala Padangtegal, Monkey Forest Ubud.

Dikatakan Made Sumendra saat itu, ASPROV Bali memberikan apresiasi terhadap jalannya penyisihan Piala Soeratin 2024 yang lancar dan aman.

“Mengapa saya katakan demikian, karena faktor keamanan terjamin. Dengan adanya keamanan, potensi kerusuhan pasti terminimalisir dan bahkan tidak terjadi. Nah, berkaca dari itu, masa iya ASPROV PSSI Bali yang notabene induk dari Padangtegal FC harus belajar lagi dengan kami,” ujar Sumendra dengan nada berat.

Memang terpantau di venue pertandingan saat babak semifinal pada hari Sabtu tanggal 16 November 2024, baik Sumendra selaku manajer tim dan seluruh pengurus, pemain, serta dari penggalan video yang beredar, di sana tidak ada tampak seorang pengaman, baik dari pihak desa yaitu pecalang maupun dari aparat yang berwenang yaitu kepolisian.

“Kami hanya melihat, beberapa orang yang mengenakan seragam yang sama, yang katanya mereka adalah panitia,” kata Sumendara.

“Justru pada saat itu, kamilah yang menghubungi pihak kepolisian untuk mengamankan kondisi saat itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih lanjut,” katanya menginformasikan.

“Nah, di sini seharusnya Komdis harus jeli. Karena justru kamilah (para peserta) yang menjadi korban dalam hal ini. Coba kalau ada pihak keamanan pasti hal itu tidak terjadi,” ujarnya.

Disinggung terkait sanksi yang diberikan kepada pelatih kepalanya, Made Sumendra beserta jajaran mengatakan sangat keberatan.

“Mohon Komdis pikirkan Kembali. Bilamana kami nanti juara dan berlaga ke nasional membawa nama baik Bali, jika tidak didampingi pelatih kepala kami, apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Saat berlaga di nasional, bukan Padangtegal yang dikenal, melainkan tim dari Bali. Begitupun juga kepada ASPROV Bali, kami anak-anak anda. Anda sebagai penyelenggara seharusnya juga bertanggung jawab atas kejadian yang luar biasa ini. Kami sebagai peserta itu membayar untuk mengikuti event Piala Soeratin 2024, masa iya dari uang tersebut tidak dianggarkan untuk keamanan,” katanya sembari menekankan bahwa event nasional kok tidak ada fasilitas keamanan.

“Jelas ini merugikan kami sebagai peserta akhirnya,” tutup Sumendara.***