Malang, Porosinformatif| Dua musisi Malang, Han Farhani dan Kacaubung menggelar konser musik bertajuk “Slogan-slogan Di Persimpangan Jalan”.
Bertempat di Kedai Nadi, Jatimulyo, Malang, Sabtu (12/8/2023), mereka ingin memberikan hiburan sekaligus membuka ruang dialektis pemikiran dalam menyongsong pemilu 2024.
Han Farhani selaku inisiator kegiatan mengatakan, dalam fase demokrasi transisi yaitu suatu tatanan dari sistem otoriter menuju demokrasi mapan dan modern, pelaksanaan pemilu banyak muncul model transaksional dengan adanya praktik politik uang.
Tidak hanya itu, menurutnya pelaksanaan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil bukan sekedar slogan tetapi terimplementasi menjadi cerminan dari negara yang konstitusional.
“Praktik money politik sebagai suatu penyakit yang tidak sekedar mencederai tetapi merusak sistem demokrasi yang seringkali tumbuh subur di masyarakat dan menjadi penyakit laten yang membudaya,” ujarnya.
“Hal ini karena selain dipicu kehadiran para oknum yang menebar janji, uang serta ketidakpahaman dari masyarakat,” katanya menambahkan.
Pemilu 2024 apabila tidak dikawal oleh semua pihak, akan menjadi tempat perputaran uang kotor yang menjadi virus jahat pada tingkat persepsi, partisipasi, dan sikap politik masyarakat.
“Selain praktik uang, fenomena menjamurnya polusi bahasa dan slogan di berbagai media dan ruang publik. Kami bersama kawan Kacaubung melakukan pembacaan pada keruh dan semrawutnya lingkungan ruang-ruang publik di banyak tempat yang dipenuhi dengan slogan, baliho dan gambar-gambar menebar janji dan harapan kosong,” katanya.
“Ketika musik belakangan ini hanya dipakai sebagai media hiburan semata, tanpa peduli dengan perkembangan realitas perubahan dan persoalan sosial di sekeliling kita, maka saya (Hans Farhani) dan Kacaubung terpanggil untuk mengadakan konser keliling di ruang-ruang publik di antaranya cafe-cafe mengusung semangat berkesenian dengan membawa suatu issue perbaikan dan perubahan,” tuturnya.
Konser musik Slogan-slogan Di Persimpangan Jalan yang dibawakan terdiri dari enam komposisi genre Blues dan balada.
Dua komposisi karya Hans Farhani, 2 komposisi karya Kacaubung dan 2 komposisi karya dari hasil penggarapan bersama.
Salah satu karya berjudul Hujan Duit yang memotret politik uang dan hilangnya kedaulatan manusia atas materi.
“Harapan kami konser musik Slogan-Slogan di Persimpangan Jalan musik tidak sekedar tontonan tapi ada kadar tuntunan yang mampu membangun daya kritis, kesadaran dan proses dialektis masyarakat serta mampu berbicara secara estetis,” tegasnya.
“Pemilu ke depan ada perencanaan yang berkedaulatan, pelaksanaan, tidak hanya tata desainnya saja tetapi berorientasi serta memiliki proyeksi ke depan menentukan tingkat praktiknya,” tutupnya.***